ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR
TERHADAP
BY. NY. S DI BPS MARTINI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2013
KARYA TULIS ILMIAH
Karya Tulis Ilmiah Dibuat Sebagai
Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan
Gelar Profesi Ahli Madya Kebidanan
Pada Prodi DIII Kebidanan
Adila Bandar Lampung
Disusun oleh:
NAMA : NI NYOMAN
NOVIANTI
NIM : AB/A/Y.2010.593
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN
2013
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tingkat kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu indikator di suatu
negara. Angka kematian maternal dan neonatal masih tinggi, salah satu faktor
penting dalam upaya penurunan angka tersebut dengan memberikan pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas keadaan masyarakat yang belum terlaksana. (Sarwono, 2010)
Berdasarkan penelitian WHO seluruh dunia, terdapat kematian bayi
khususnya neonatus sebesar 4.000.000 jiwa/tahun. Kematian bayi tersebut
terutama di Negara berkembang sebesar 99% dan 40.000 dari bayi tersebut adalah
bayi di Negara Indonesia. (http://www.poltekes-pontianak.ac.id.2010)

Bayi baru lahir disebut juga
neonatus merupakan individu yang sedang
bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan
penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterine. (dewi,2011;
h.1)
Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 di Provinsi
Lampung pada Tahun 2012 Angka Kematian
Neonatal 27/1000 KH, Kematian Bayi 43/1000 KH dan Kematian Balita 30/1000 KH
(SDKI 2012). Secara umum Angka
Kematian Anak menunjukkan penurunan yang lambat. Angka Kematian Neonatal
mengalami stagnasi 10 tahun terakhir yaitu 20/1.000 kelahiran hidup pada SDKI
2002 menjadi 19/1.000 pada SDKI 2007 dan SDKI 2012. Padahal kematian neonatal
merupakan proporsi yang besar dari kematian bayi (59%) dan balita (47%). (Profil
dinas kesehatan lampung, 2012)
Penelitian telah menunjukan bahwa lebih dari 50% kematian bayi terjadi
dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya
penanganan bayi baru lahir akan menyebabkan kelainan-kelainan yang akan
mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian. Misalnya sebagai akibat
hipotermi pada bayi baru lahir yang dapat mengakibatkan cold stress yang
selanjutnya dapat mengakibatkan hipoksemia atau hipoglikemia dan mengakibatkan
kerusakan otak. (prawirohardjo, 2006)
Pada Tahun 2012 di Provinsi Lampung
terjadi 787 kasus kematian Perinatal, 110 kasus kematian neonatal, 159 kasus
kematian bayi dan kasus kematian Balita sebanyak 64 kasus. Tingginya kasus kematian Ibu dan anak di
Provinsi Lampung memperlihatkan betapa rawannya derajat kesehatan Ibu dan anak.
Karena kematian Ibu bayi dan Balita merupakan salah satu parameter derajat
kesehatan suatu Negara. Masalah kesehatan ibu dan anak ini perlu diatasi dengan
segera karena derajat kesehatan ibu dan anak akan sangat menentukan kualitas
sumber daya manusia pada masa yang akan datang.
(Profil Dinas Kesehatan Lampung, 2012).
|
(Profil Kesehatan Dinas Kota Bandar Lampung,
2010)
Dari hasil prasurvey yang penulis lakukan pada
tanggal 2 juni 2013 di BPS Martini Bandar Lampung, penulis mendapatkan dari
bulan januari sampai bulan mei tahun 2013 terdapat 42 ibu bersalin 35 dengan
bayi baru lahir normal, 5 dengan bayi asfiksia ringan dan 2 dengan bayi berat
lahir rendah.
Berdasarkan
latar belakang di atas, penulis tertarik untuk memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir normal di BPS Martini Bandar
Lampung Tahun 2013.
B.
Rumusan Masalah
“Bagaimanakah Asuhan kebidanan pada Bayi Baru Lahir terhadap By.Ny. S di BPS Martini Bandar Lampung ?”
C. Tujuan
1.
Tujuan Umum
Penulis dapat melaksanakan Asuhan
Kebidanan Pada Bayi
Baru Lahir terhadap By. Ny. S di BPS
Martini Bandar Lampung Tahun 2013.
2.
Tujuan Khusus
a. Diharapkan Penulis Dapat Melakukan Pengkajian Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir terhadap By.Ny.S di
BPS Martini Bandar Lampung Tahun 2013.
b. Diharapkan Penulis Dapat Melakukan Interpensi Data Asuhan Kebidanan Pada Bayi
Baru Lahir terhadap By.Ny. S di BPS Martini Bandar Lampung Tahun 2013.
c. Diharapkan penulis dapat melakukan diagnosa potensial Asuhan Kebidanan Pada Bayi
Baru Lahir terhadap By. Ny. S di BPS Martini Bandar Lampung Tahun 2013.
d. Diharapkan penulis dapat melakukan tindakan antisipasi Asuhan Kebidanan Pada Bayi
Baru Lahir terhadap By. Ny. S di BPS Martini Bandar Lampung ahun 2013.
e. Diharapkan penulis dapat melakukan
rencanakan Asuhan Kebidanan
Pada Bayi Baru Lahir terhadap
By.Ny.S di BPS Martini Bandar Lampung Tahun 2013.
f. Diharapkan penulis dapat melakukan
penatalaksanaan Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir terhadap By.Ny.S di BPS Martini Bandar Lampung Tahun
2013.
g. Diharapkan penulis dapat
melakukan evaluasi Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir terhadap By. Ny. S di
BPS Martini Bandar Lampung Tahun 2013.
D. Ruang lingkup
1.
Sasaran
Sasaran objektif pada kasus ini yaitu By. Ny.S
2. Tempat
Lokasi tempat pengambilan
studi kasus di BPS Martini Bandar Lampung
3. Waktu
Waktu penyusunan tugas akhir ini dimulai dari 2 Juni 2013 – 9 juni 2013
E. Manfaat Penulisan
1.
Institusi Pendidikan
Hasil penelitian dapat menjadi sumber
bacaan bagi mahasiswi Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung dalam menerapkan
ilmu dan sebagai acuan penelitian berikutnya Khususnya pada bayi baru lahir.
2.
Bagi Lahan Praktek
Study kasus ini dapat dijadikan gambaran informasi serta
bahan untuk meningkatkan manajemen
kebidanan yang diterapkan oleh lahan praktek.
3.
Bagi Penulis
Study kasus ini dapat meningkatkan pengetahuan yang
didapat selama perkuliahan serta mengaplikasikan tentang perawatan bayi baru
lahir.
F. Metodelogi dan Tehnik Memperoleh Data
1. Metode Penelitian
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis
menggunakan metode deskriftif yaitu suatu metode yang dilakukan dengan tujuan
utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara
objektif. Metode penelitian deskriftif digunakan untuk memecahkan atau menjawab
permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. Penelitian ini
dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan data, klasifikasi,
pengolahan/analisis data, membuat kesimpulan, dan laporan.
(Notoatmodjo, 2005: h.138)
2. Tekhnik Memperoleh Data
Teknik memperoleh data dalam penulisan karya tulis ilmiah
ini adalah:
a. Data primer
1) Wawancara (anamnesis)
Yaitu perbincangan dua arah dengan cara tatap muka dan
pertanyaan yang diajukan mengarah pada data yang relavan dengan pasien,
anamnesis dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
a) Auto anamnesis
Adalah anamnesis yang dilakukan kepada pasien langsung.
Jadi yang diperoleh adalah data primer karena langsung dari sumbernya.
b) Allo anamnesis
Adalah anamnesis yang dilakukan kepada keluarga pasien
untuk memperoleh data tentang pasien. (sulistyawati,2012; h.165-166)
2) Observasi
Pengamatan (observasi) adalah suau hasil perbuatan jiwa
secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya rangsangan. Mula-mula
ransangan dari luar mengenai indra dan terjadilah pengindraan, kemudian apabila
ransangan tersebut menarik perhatian akan dilanjutkan dengan adanya pengamatan.
(notoatmodjo,2005; h.93)
3) Pemeriksaan fisik
Pengkajian fisik dapat dipandang sebagai bagian tahap
pengkajian pada proses keperawaan atau ahap pengkajian/pemeriksaan klinis dari
sistem pelayanan. Pengkajian prinsip keperawatan pada prinsipnya menggunakan
cara-cara yang sama dengan pengkajian fisik yaitu inspeksi, palpasi, perkusi
dan auskultasi. (prawirohardjo,2006; h.3)
b. Data sekunder
1. Studi Kepustakaan
Dalam metode ini penulis membaca dan mempelajari
buku-buku, literatur-literatur yang berkaitan dengan bayi baru lahir dan diperoleh dari
beberapa buku terbaru dan informasi dari internet yang “up to date”.
2. Studi dokumenter
Yang dimaksud sumber informasi dokumenter pada dasarnya
adalah bentuk sumber informasi berhubungan dengan dokumen, baik dokumen-dokumen
resmi maupun tidak resmi. Dokumen resmi adalah semua bentuk dokumen baik yang
diterbitkan atau tidak diterbitkan yang ada dibawah tanggung jawab instansi
resmi misalnya laporan, statistik, catatan-catatan di dalam kartu klinik dan
sebagainya.
Sedangkan dokumentasi tidak resmi adalah segala dokumen
yang berada atau menjadi tanggung jawab dan wewenang instansi seperti biografi
catatan harian dan semacamnya. (notoatmodjo,2005; h.62-63)
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Tinjauan Teori Medis
1. Pengertian Bayi Baru Lahir
a. Bayi baru lahir disebut juga
neonatus merupakan individu yang sedang
bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan
penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterine.
b. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37 minggu
- 42 minggu dan berat badannya 2.500-4000 gram. (dewi,2011; h.1)
c. Bayi baru lahir normal adalah
bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat,
pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan
2500-4000 gram, nilai apgar >7 dan tanpa cacat bawaan. ( Rukiyah, 2010; h.2)
d.
Neonatus
ialah bayi yang baru melahirkan proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri
dari kehidupan intrauteri kekehidupan
ekstrauteri. Beralih dari kehidupan intra uteri ke kehidupan ekstra
uteri.beralih dari ketergantungan mutlak pada ibu menuju kemandirian fisiologi.
Tiga faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi dan proses vital neonatus yaitu
maturasi, adaptasi dan toleransi. Selain itu pengaruh kehamilan dan proses
persalinan mempunyai peranan penting dalam morbiditas dan mortalitas bayi.
Empat aspek transisi pada bayi baru lahir yang paling dramatic dan cepat
berlangsung adalah pada sistem pernafasan, sirkulasi, kemampuan menghasilkan sumber
glukosa. ( Rukiyah, 2010; h. 2)
10
|
8
|
e.
Bayi baru lahir normal adalah berat
lahir antara 2500-4000 gram, cukup bulan, lahir menangis, dan tidak ada
kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat. (www.slideshare.net/maristyapalupi/bayi-baru-lahir-normal-ppt)
2.
Ciri-ciri Bayi Normal
a.
Berat badan
2.500-4000 gram
b.
Panjang
badan 48-52 cm
c.
Lingkar dada 30-38 cm
d.
Lingkar kepala 33-35 cm
e.
Bunyi jantung dalam
menit pertama kira-kira 180x/menit, kemudian menurun sampai 120-110
x/menit
f.
Pernafasan 40-60
x/menit
g.
Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subcutan cukup terbentuk dan
diliputi vernik caseosa
h.
Rambut kepala biasanya telah sempurna
i.
Kuku agak panjang atau melewati jari –jari
j.
Genetalia labia mayora sudah menutupi labia minora
(pada anak perempuan), testis sudah turun (pada
anak laki-laki).
k.
Reflek hisap dan menelan baik
l.
Reflek suara sudah baik, bayi bila dikagetkan akan
memperlihatkan gerakan memeluk.
m. Reflek
menggenggam sudah baik
n.
Eliminasi baik, urine dan meconium akan keluar 24 jam
pertama, meconium berwarna hitam kecoklatan. (dewi,2011; h.2)
3.
Evaluasi
Awal Bayi Baru lahir
Segera setelah lahir, letakan bayi diatas kain
bersih dan kering yang disiapkan pada perut bawah ibu. Segera lakukan penilaian
awal meliputi:
-
Apakah
bayi menangis atau bernafas ?
-
Apakah
tonus otot bayi baik ?
Jika bayi
tidak menangis atau tidak bernafas atau megap-megap dan atau tonus otot tidak
baik lakukan langkah resusitasi. (JNPK-KR,2008; h.124)
4.
Evaluasi Nilai Apgar
Evaluasi ini digunakan 5 menit pertama sampai 10 menit. Hasil pengamatan
masing-masing aspek dituliskan dalam skala skor 0-2.
Aspek-aspek yang
termasuk APGAR dan harus dinilai dan dicatat ialah:
Table
2.1 APGAR SCORE
TANDA
|
SKOR
|
||
0
|
1
|
2
|
|
1. Appereance
(warna
kulit)
|
Seluruh tubuh biru atau pucat
|
Tubuh merah ekstremitas
biru
|
Seluruh tubuh kemerahan
|
2. Pulse (Bunyi jantung)
|
Tidak ada
|
< 100
|
> 100
|
3. Grimace (Refleks)
|
Tidak ada
|
Ekstremitas sedikit
fleksi
|
Gerakan aktif
|
4. Activity
(Aktivitas)
|
Tidak ada
|
Sedikit gerak
|
Menangis kuat
|
5. Respiratory (Pernapasan)
|
Tidak ada
|
Lambat, tidak teratur
|
Menangis
|
(dewi,2011; h.2)
Interpretasi
a.
Nilai
1-3 asfiksia berat
b.
Nilai
4-6 asfiksia sedang
c.
Nilai
7-10 asfiksia ringan (normal)
Tabel 2.2 Penaganan Bayi Baru Lahir Berdasarkan APGAR skor
Nilai APGAR lima menit pertama
|
Penanganan
|
0-3
|
-
Tempatkan ditempat hangat dan lampu
sebagai sumber penghangat
-
Pemberian oksigen
-
Resusitasi
-
Stimulasi
-
Rujuk
|
4-6
|
-
tempatkan dalam tempat yang hangat
-
pemberian oksigen
-
stimulasi taktil
|
7-10
|
-
dilakukan penatalaksanaan sesuai
dengan bayi lahir normal.
|
(sulistyawati dkk,2010; h.208-209)
5.
Tahapan pada bayi baru lahir
a. Tahap I terjadi segera
setelah lahir
Selama menit pertama kelahiran, pada tahap ini digunakan
sistem scoring apgar untuk fisik dan scoring gray untuk interaksi bayi dan ibu.
b. Tahap II disebut tahap
transisional reaktivitas
Pada tahap ini dilakukan pengkajian selama 24 jam pertama terhadap
adanya perubahan prilaku.
c.
Tahap III disebut tahap periodik.
Di
tahap ini pengkajian dilakukan setelah 24 jam pertama yang meliputi
pemeriksaan seluruh tubuh.
Dalam merawat bayi kebutuhan yang harus dipenuhi
antara lain:
1) Kebutuhan
rasa hangat
2) Makanan
pokok yaitu ASI
3) Cairan
4) Istirahat
dan tidur
5) Udara
yang bersih
6) Latihan
gerakan badan
7) Kasih
sayang ibu
8) Perlindungan
9) Kebersihan
dan sterilisasi
Kebutuhan
diatas bersifat terus menerus selama pertumbuhan dan perkembangan bayi. (dewi,2010; h.3)
6.
Pemantauan
Bayi Baru Lahir
Pemantauan bayi baru lahir
Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk
mengetahui aktifitas bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan
bayi baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong persalinan
serta tindak lanjut petugas kesehatan.
a. Dua jam pertama sesudah lahir
Hal-hal yang dinilai waktu pemantauan bayi
pada jam pertama sesudah lahir meliputi :
1) Kemampuan menghisap kuat atau lemah
2) Bayi nampak aktif atau lunglai,
3) Bayi kemerahan atau biru.
(Prawirohardjo. 2006; h. 136)
Tabel 2.3 Yang Perlu Diperhatikan Pada
Bayi Baru Lahir
Kesadaran dan reaksi terhadap sekeliling
|
Perlu dikenali kurangnya reaksi terhadap rayuan,
ransangan sakit, atau suara keras yang mengejutkan atau suara mainan.
|
Keaktifan
|
Bayi normal melakukan gerakan-gerakan tangan dan kaki
yang simetris pada waktu bangun. Adanya tremor pada bibir, kaki dan tangan
pada waktu menangis adalah normal, tetapi apabila hal ini terjadi pada waktu
tidur, kemungkinan gejala suatu kelainan yang perlu dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut.
|
Simetris
|
Apakah secara keseluruhan badan seimbang
|
Kepala
|
Apakah tidak simetris, berupa tumor lunak dibelakang
atas yang menyebabkan kepala tampak lebih panjang, sebagai akibat proses
kelahiran, ayau tumor lunak disebelah kiriatau kanan saja, atau disisi kiri
atau kanan tetapi tidak melampaui garis tengah bujur kepala. Ukur lingkar
kepala.
|
Muka wajah
|
Bayi tampa ekspresi
|
Mata
|
Diperhatikan adanya tanda-tanda perdarahan berupa
bercak merah yang akan menghilang pada waktu 6 minggu
|
Mulut
|
Saliva tidak terdapat pada bayi lahir normal. Bila
terdapat sekret yang terlalu berlebihan, kemungkinan ada kelainan bawaan
saluran cerna.
|
Leher, dada, abdomen
|
Melihat adanya cedera akibat persalinan. Ukur lingkar
perut
|
Bahu, tungkai, sendi tungkai
|
Perlu diperhatikan bentuk, geraknya, fraktur.
|
Kulit dan kuku
|
Dalam keadaan normal kulit berwarna kemerahan.
Kadang-kadang di dapatkan kulit yang mengelupas ringan. Pengelupasan yang
berlebihan harus dipikirkan kemungkinan adanya kelainan. Waspadai adanya
kulit dengan warna yang tak rata (cutis mamorata) telapak tangan, telapak
kaki, kuku yang menjadi biru, kulit menjadi pucat dan kuning. Bercak-bercak
besar biru yang sering terdapat disekitar bokong (mongalian spot) akan
menghilang pada umur 1-5 tahun.
|
Kelancaran menghisap dan pencernaan
|
Harus diperhatikan
|
Tinja dan kemih
|
Diharapkan keluar dalam 24 jam pertama. Waspada bila
tiba-tiba terjadi perut yang membesar, tampa keluarnya tinja, disertai
muntah, dan mungkin dengan kulit kebiruan, harap segera konsultasi untuk
pemeriksaan lebih lanjut.
|
Refleks
|
Refleks rooting, bayi menoleh kearah benda yang
menyentuh pipi
Refleks suckling (refleks isap), terjadi apabila benda
menyentuh bibir, yang disertai refleks menelan
Refleks mengeluarkan lidah, terjadi apabila diletakan
benda di dalam mulut yang sering
ditafsirkan bayi menolak makanan/minuman.
|
Berat badan
|
Sebaiknya tiap hari dipantau. Penurunan berat badan
lebih dari 5% berat badan waktu lahir, menunjukan kekurangan cairan.
|
(prawirohardjo,2006; h.137-138)
Pemantauan tanda-tanda vital pada bayi baru lahir
1)
Suhu tubuh bayi diukur melalui dubur dan
ketiak
2)
Pada pernafasan normal, perut dan dada
bergerak hampir bersamaan tampa adanya retraksi, tampa terdengar suara pada
waktu inspirasi maupun ekspirasi. Gerak pernapasan 30-60 kali per menit.
3)
Nadi dapat dipantau disemua titik nadi
perifer
4)
Tekanan darah dipantau hanya bila ada
indikasi.
(prawirohardjo,2006; h. 138)
7.
Pemeriksaan
Fisik Dan Sistem Penilaian Pada Bayi Baru Lahir
Pengkajian atau pemeriksaan fisik pada bayi dilakukan
secara menyeluruh. Pengkajian fisik pada bayi baru lahir merupakan bagian dari
prosedur perawatan bayi segera setelah lahir. Pengkajian ini bertujuan untuk
mengkaji adaptasi bayi baru lahir dan untuk memastikan bayi dalam keadaan
normal atau mengalami penyimpangan. (muslihatun,2010; h.28)
a.
Pengukuran
Pengukuran lingkar kepala,
lingkar dada, panjang badan dan berat badan bayi.
1)
Lingkar kepala
Lingkar kepala diukur
mulai dari bagian depan kepala (diatas alis/area frontal) dan area oksipital.
Lingkar kepala normalnya 31-35,5 cm. Apabila lingkar kepala lebih kecil dari pada
lingkar dada dicurigai adanya mikrosefalus. Jika lingkar kepala 4 cm lebih
besar dari lingkar dada atau tetap menetap atau bertambah meningkat selama
beberapa hari, maka harus dicurigai adanya hidrosefalus.
2)
Lingkar dada
Lingkar dada pada bayi
cukup bulan normalnya 30,5-33 cm. Sekitar 2 cm lebih kecil daripada lingkar
kepala. Pengukuran tepat dilakukan pada garis buah dada. Bila lingkar kepala
<30 cm perlu dicurigai adanya prematur.
3)
Panjang badan
Panjang badan yang diukur
dari puncak kepala sampai tumit, pada bayi cukup bulan normalnya adalah 48-53
cm. Bila panjang badan <45 cm atau >55 cm perlu dicermati adanya
penyimpangan kromosom.
4)
Berat badan
Berat badan pada bayi
cukup bulan normalnya 2500-4000 gram.
b.
Pengukuran tanda-tanda
vital
1)
Suhu/temperatur
Sebaiknya mengukur
temperatur melalui aksila, karena mengukur temperatur melalui rektum dapat
menyebabkan perforasi pada mukosa. Temperatur normal adalah 36,5-37,5°C.
2)
Pernafasan
Pernafasan biasanya dimulai beberapa detik dari
kelahiran, Pernafasan yang normal pada bayi baru lahir adalah berkisar 30-60
x/menit, pengukuran dilakukan selama 60 detik (1 menit). Pengukuran dilakukan
dengan menghitung 60 detik penuh untuk mendeteksi ketidakteraturan dalam
kecepatan. Kecepatan pernafasan dipengaruhi seperti menangis. Bila tidak
terjadi pernafasan yang teratur menunjukan suatu kelainan yaitu asfiksia.
3)
Nadi
Denyut nadi normal pada
bayi baru lahir adalah 120-160 x/menit. Pengukuran juga dilakukan dengan
menghitung selama 60 detik.
c.
Kondisi Umum
Yang perlu diperhatikan
dalam kondisi umum meliputi:
-
keadaan umum :
kesadaran dan keaktifan
-
kulit : pada bayi baru lahir kulit tampak berwarna
merah. Observasi warna
kulit bayi dalam hubungannya dengan perubahan aktifitas, posisi dan temperatur.
Pada umumnya bayi akan memerah jika dia menangis , penurunan temperatur dapat
meningkatkan derajat sianosis karena vasokontriksi. (maryunani dkk,2008; h.74)
d.
Pemeriksaan bagiaan tubuh
(pemeriksaan fisik)
1)
Kepala
Ubun-ubun besar, ubun-ubun
kecil, sutura, moulase, caput succedaneum, cephal hematome, hidrosepalus.
Tabel 2.3 perbedaan antara
caput succedenum dan cephal
hematoma
Kaput succedenum
|
Sefalhematoma
|
-
Muncul pada saat lahir
-
Tidak bertambah besar
-
Hilang dalam beberapa hari
-
Batas tidak jelas
-
Kadang-kadang melewati sutura
-
Penyebab: bengkak melewati jaringan lunak
-
Komplikasi: tidak ada
|
-
Muncul beberapa jam setelah lahir
-
Lebih besar hari ke-2 atau ke-3
-
Hilang setelah 6 minggu
-
Batas tegas
-
Tidak pernah lewat sutura
-
Penyebab : perdarahan subperiosteal
-
Komplikasi: ikterus, fraktur, perdarahan intrakranial,
syok.
|
(maryunani dkk,2008; h.83)
2)
Mata
Ukuran, bentuk
(strabismus, pelebaran efikantus), kesimetrisan, bengkak pada kelopak mata,
perdarahan subkonjungtiva.
3)
Telinga
Kesimetrisan letak
dihubungkan dengan mata dan kepala serta adanya gangguan pendengaran
4)
Hidung
Bentuk hidung, pola
pernafasan, kebersihan
5)
Mulut
Bentuk simetris/tidak,
mukosa mulut kering/basah, lidah, palatum, bercak putih pada gusi, refleks
menghisap, ada labio/palatoskisis
6)
Leher
Bentuk simetris/tidak,
adakah pembengkakan dan benjolan, kelainan tiroid.
7)
Klavikula dan lengan
tangan
Adakah fraktur klavikula,
gerakan, jumlah jari.
8)
Dada
Bentuk dan kelaian bentuk
dada, putting susu, gangguan pernafasan, auskultasi bunyi jantung, dan pernafasan.
9)
Abdomen
Penonjolan sekitar tali
pusat pada saat menangis, perdarahan tali pusat, dinding perut dan adanya
benjolan, gastroskisis, omfalokel, bentuk simetris/tidak, palpasi hati, ginjal.
10)
Genetalia
Kelamin laki-laki: panjang
penis, penis sudah turun dalam skorotum, urifisium uretra diujung penis
(fimosis, hipospadia/epispadia). Kelamin perempuan: labia mayora, labia minora,
orifisium vagina, orifisium uretra, sekret dan lain-lain.
11)
Tungkai dan kaki
Gerakan, bentuk
simetris/tidak, jumlah jari (sindaktili, polidaktili)
12)
Anus
Berlubang/tidak, posisi,
fungsi sfingter ani, adanya atresia ani.
13)
Punggung
Bayi tengkurap, raba
kurvatura kolumna vertebralis, pembengkakan, spina bifida.
14)
Pemeriksaan kulit
Verniks caseosa, lanugo,
warna, udema, bercak tanda lahir, memar.
(muslihatun,2010; h.53)
15)
Refleks
Refleks yaitu suatu
gerakan yang terjadi secara otomatis dan spontan tampa disadari pada bayi
normal. Beberapa refleks pada bayi baru lahir meliputi:
a)
Rooting refleks; yaitu reflek
mencari putting susu.
b)
Suckling refleks; yaitu
reflek menghisap areola putting susu tertekan dagu bayi, lidah dan
langit-langit sehingga sinus laktiferus tertekan dan memancarkan ASI.
c)
Swallowing refleks; yaitu
refleks menelan dimana ASI dimulut bayi mendesak otot di daerah mulut dan
faring sehingga mengaktifkan refleks menelan dan mendorong ASI ke dalam
lambung.
d)
Moro refleks; refleks yang
timbul diluar kemauan? Kesadaran bayi.
e)
Grasping refleks; bila
jari kita menyentuh telapak tangan bayi, maka jari-jarinya akan langsung
menggenggam sangat kuat.
f)
Tonik neek refleks; yaitu
gerakan spontan otot kuduk pada bayi normal.
g)
Stapping reflek; reflek
kaki secara spontan apabila bayi diangkat tegak dan kakinya satu persatu
disentuhkan pada satu dasar maka bayi seolah-olah berjalan.
h)
Startle reflek; reaksi
emosional berupa hentakan dan gerakan seperti mengejang pada lengan dan tangan
dan seiring diikuti dengan tangisan. (rukiyah dkk,2010; h.63)
i)
Babinsky reflek; gerakan
jari sepanjang telapak kaki (dewi,2011;
h.26)
Tabel 2.4 refleks pada
bayi baru lahir normal
Refleks
|
Cara meransang
|
Respon bayi
|
Menghisap dan membuka
mulut
|
Sentuh bibir, pipi atau
sudut mulut dengan putting
|
Bila menoleh kearah
stimulus,membuka mulut, memasukan putting dan menghisap.
|
Menelan
|
Beri bayi minum
|
Otot-otot tenggorokan
menutup trakea dan membuka esofagus ketika minuman berada dalam mulut.
|
Moro
|
Gendong bayi dalam
posisi setengah duduk, biarkan kepala dan badan jatuh kebelakang dengan sudut
30° tempatkan bayi pada permukaan yang rata, hentakan
permukaan untuk mengejutkan bayi.
|
Ransangan mendadak
menyebabkan lengan terangkat keatas
dan kebawah, terkejut dan rileks dengan lambat.
|
Tonus leher
|
Putar kepala bayi dengan
cepat kearah satu sisi pada saat bayi jatuh tertidur atau dalam keadaan tidur
|
Bila bayi menghadap
kesisi kanan, lengan dan kaki pada sisi tersebut akan lurus sementara itu
lengan dan tungkai akan berada dalam posisi tungkai
|
Menggenggam
|
Tempatkan jari pada
telapak tangan bayi
|
Bayi menggenggam jari
pemeriksa dengan cukup kuat sehingga dapat menyababkan tubuhnya terangkat
|
Mata berkedip
|
Sorotkan sebentar saja
cahaya terang secara langsung kemata bayi
|
Bayi berkedip ditandai
dengan kelopak mata bayi menutup dan membuka pada saat diransang dengan cahaya
atau sentuhan
|
Bersin
|
Respon spontan pada
saluran hidung terhadap iritasi atau obstruksi
|
|
Batuk
|
Iritasi pada membran
mukosa laring atau cabang tracheobronchea menyebabkan batuk
|
|
Melangkah atau berjalan
|
Pegang jari secara
vertikal biarkan salah satu kaki menyentuh
permukaan meja
|
Bayi akan melakukan
gerakan seperti berjalan, kaki bergantian fleksi dan ekstensi.
|
Merangkak
|
Baringkan bayi dengan
tengkurap
|
Bayi akan melakukan
gerakan merangkak dengan menggunakan lengan dan tungkainya.
|
Babinsky
|
Menggoreskan telapak
kaki dimulai dari tumit lalu sisi lateral kearah atas.
|
Gerakan jari sepan jang
telapak kaki
|
(maryunani dkk,2008; h.107-108)
8.
Adaptasi Bayi Baru Lahir Terhadap Kehidupan Di Luar
Uterus
a. Perubahan Pernafasan
Berikut adalah tabel mengenai perkembangana sistem
pulmonal sesuai dengan usia kehamilan.
Table
2.5 Perkembangan sistem pulmonal
Usia kehamialan
|
Perkembangan
|
24
hari
|
Bakal paru-paru terbentuk
|
26-28
hari
|
Kedua
bronkus terbentuk
|
6
minggu
|
Lobus
ter diferensiasi
|
12
minggu
|
Lobus ter
diferensiasi
|
24
minggu
|
Alveolus
terbentuk
|
28
minggu
|
Surfaktan
terbentuk
|
34-36
minggu
|
Struktur
paru matang
|
Ketika struktur matang, ranting paru-paru sudah bisa mengembang sistem
alveoli. Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas
melalui plasenta dan setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru
bayi. (dewi,2011, h.12)
Saat kepala bayi melewati jalan lahir, ia akan mengalami penekanan yang
tinggi pada toraksnya dan tekanan iniakan hilang dengan tiba-tibasetelah bayi
lahir. Proses mekanis ini akan menyebabkan cairan yang ada di dalam paru-paru
hilang karena terdorong kebagian perifer paru untuk kemudian diabsorpsi. Karena
terstimulus oleh sensor kimia, suhu, serta mekanis akhirnya bayi memulai aktivasi nafas untuk pertama
kalinya.
Tekanan intratoraks yang negatif disertai dengan aktifasi nafas yang
pertama memungkinkan adanya udara masuk kedalam paru-paru. Setelah beberapa
kali nafas pertama, udara dari luar mulai mengisi jalan nafas pada trakea dan
bronkus, akhirnya semua alveolus mengembang karena terisi udara. Fungsi
alveolus dapat maksimal jika dalam paru-paru bayi terdapat surfaktan yang
adekuat. Surfaktan membantu menstabilkan dinding alveolus sehingga alveolus
tidak kolaps saat akhir napas.
Skema
Permulaan Pernapasan Bayi Baru Lahir
Peristiwa mekanis (penekanan
toraks pada kelahiran pervagina)
|
Rekoil dada
|
Stimulasi sensori, kimia, suhu ,mekanis
|
Cairan paru hilang
|
Aktifasi napas pertama
|
Peningkatan PO 2 alveoli
|
Tekanan intratoraks negatif
|
Masuknya
udara
|
Permulaan berkurangnya
tegangan pemukaan alveoli
|
Penurunan tekanan interstisial
|
Peningkatan volume pembuluh
darah paru-paru
|
Pembukaan pembuluh darah
paru
|
Peningkatan aliran pebuluh
darah paru
|
Peningkatan oksigenasi yang
adekuat
|
+
(sulistyawati dkk,2010; h.198)
b.
Perubahan
Sirkulasi
Aliran darah dari plasenta berhenti pada saat tali
pusat diklem. Tindakan ini menyebabkan suplai oksigen ke plasenta menjadi tidak
ada dan menyebabkan serangkaian reaksi selanjutnya.
Sirkulasi janin memiliki karakter ristik sirkulasi
bertekanan rendah. Karena paru-paru adalah organ tertutup yang berisi cairan,
maka paru-paru memerlukan aliran darah yang minimal. Sebagian besar darah janin
yang teroksigenasi melalui paru-paru mengalir melalui lubang antara atium kanan
dan kiri yang disebut dengan foramen ovale. Darah yang kaya akan oksigen ini
kemudian secara istimewa mengalir ke otak melalui duktus arteriosus.
Karena tali pusat diklem sistem bertekanan rendah
berada pada unit janin-plasenta terputus sehingga berubah menjadi sistem
sirkulasi tertutup bertekanan tinggi dan berdiri sendiri. Efek yang terjadi
segera setelah tali pusat diklem adalah peningkatan tahanan pembuluh darah
sistemik. Hal yang paling penting adalah peningkatan tahanan pembuluh darah dan
tarikan nafas pertamaterjadi secara bersamaan. Oksigen dari panas pertama tersebut
menyebabkan sistem pembuluh darah paruberelaksasi dan terbuka sehingga
paru-paru menjadi sistem bertekanan rendah.
Kombinasi tekanan meningkat dalam sirkulasi
sistemik menurun dalam sirkulasi paru menyebabkan perubahan tekanan aliran
darah dalam jantung. Tekanan akibat peningkatan aliran darah dalam jantung
menyebabkan foramen ovale tertutup, duktus arteriosus yang mengalirkan darah
teroksigenasi ke otak janin kini tak lagi diperlukan. Dalam 48 jam, duktus ini
akan mengecil dan secara fungsional menutup akibat penurunan kadar
prostaglandin E2 yang sebelumnya disuplai oleh plasenta. Darah
teroksigenasi yang secara rutin mengalir melalui duktus arteriosus secara
foramen ovale melengkapi perubahan medikal anatomi dan fisiologis jantung.
Darah yang tidak kaya akan oksigen sepenuhnya di dalam paru, kemudian
dipompakan ke seluruh bagian tubuh.
Dalam beberapa saat, perubahan tekanan yang luar
biasa terjadi didalam jantung dan sirkulasi bayi baru lahir. (sulistyawati dkk,2010;
h.199)
c. Perubahan metabolisme karbohidrat
Luas permukaan tubuh neonatus relatif lebih luas
dari tubuh orang dewasa, sehingga
metabolisme basal per kg berat badan akan lebih besar. Oleh karena itulah, BBL
harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru sehingga energi dapat diperoleh dari
metabolisme karbohidrat dan lemak.
Pada jam-jam pertama kehidupan, energi didapatkan
dari perubahan karbohidrat.
Pada hari kedua, energi berasal dari pembakaran lemak. Setelah mendapat susu,
sekitar di hari keenam energi didapat dari lemak dan karbohidrat yang
masing-masing sebesar 60 dan 40%.
(dewi,2011; h.14)
d.
Perubahan
suhu tubuh
Bayi baru lahir mempunyai kecenderungan untuk
mengalami stress fisik akibat perubahan suhu diluar uterus. Fluktuasi (naik
turunnya) suhu didalam uterus minimal, rentang maksimal hanya 0,6°C sangat berbeda dengan kondisi di luar uterus.
Tiga faktor yang paling berperan dalam kehilangan
panas tubuh bayi.
1) Luasnya permukaan suhu tubuh bayi
2) Pusat
pengaturan suhu tubuh bayi yang belum berfungsi secara sempurna.
3)
Tubuh bayi terlalu
kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas.
Pada
lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan
usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali panas
tubuhnya. Pembentukan suhu tubuh ini merupakan hasil penggunaan lemak coklat
yang terdapat diseluruh tubuh, dan mereka mampu meningkatkan panas tubuh sampai
100 %. Untuk membakar lemak coklat, seorang bayi menggunakan glukosa untuk
mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh bayi
baru lahir dan cadangan lemak
coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stess dingin. Semakin
lama usia kehamilan, semakin banyak persediaan lemak coklat bayi. Jika seorang
bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia, dan asidosis.
Oleh karena itu, upaya pencegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama
dan bidan wajib untuk meminimalkan kehilangan panas pada bayi baru lahir. Suhu
tubuh normal pada neonatus adalah 36,5-37,5°C melalui pengukuran di aksila dan rektum,
jika nilainya turun dibawah 36,5 °C maka bayi mengalami hipotermia.
Hipotermia dapat terjadi setiap saat
apabila suhu di sekeliling bayi rendah dan upaya mempertahankan suhu tubuh
tidak diterapkan secara tepat, terutama pada masa stabilisasi yaitu 6-12 jam
pertama setelah lahir. Misalkan bayi baru lahir dibiarkan basah dan telanjang
selama menuggu plasenta lahir meskipun lingkungan di sekitar bayi cukup hangat.
Gejala
hipotermia meliputi:
1)
Sejalan
dengan menurunnya suhu tubuh, maka bayi menjadi kurang aktif, letargi
hipotonus, tidak kuat menghisap ASI, dan menangis lemah.
2)
Pernapasan
megap-megap dan lambat serta denyut jantung menurun.
3)
Timbul
sklerema, kulit mengeras berwarna kemerahan terutama di bagian punggung,
tungkai, dan lengan.
4)
Muka
bayi berwarna merah terang.
Hipotermia
menyebabakan terjadinya perubahan metabolisme tubuh yang akan berakhir dengan
kegagalan fungsi jantung, perdarahan terutama pada paru-paru, ikterus, dan
kematian.
( Sulistyawati dkk,2010; h. 199)
Bayi
baru lahir dapat mengalami kehilangan panas tubuh melalui 4 mekanisme berikut :
1)
Konduksi
Panas dihantarkan pada tubuh bayi kebenda
sekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh bayi (pemindahan panas dari tubuh
bayi ke objek lain melalui kontak langsung). Contoh hilangnya panas tubuh bayi
secara konduksi ialah menimbang bayi tampa alas timbangan, tangan penolong yang
dingin memegang bayi baru lahir, menggunakan stetoskop dingin untuk pemeriksaan
bayi baru lahir.
2) Konveksi
Panas hilang dari tubuh bayi keudara sekitarnya yang
sedang bergerak (jumlah panas yang hilang tergantung kepada kecepatan dan suhu
udara). Contoh hilangnya panas tubuh bayi secara konveksi adalah membiarkan
atau menempatkan bayi baru lahir dekat jendela, membiarkan bayi baru lahir di
ruang yang terpasang kipas angin.
3) Radiasi
Panas dipancarkan dari bayi baru lahir
keluar tubuhnya keluar lingkungan yang lebih dingin ( pemindahan panas antara
dua objek yang mempunyai suhu berbeda ). Contoh bayi mengalami kehilangan panas
tubuh secara radiasi ialah bayi baru lahir adalah bayi baru lahir dibiarkan
dalam ruangan denagn air conditioner (AC) tampa diberikan pemanas (radian
warmer) bayi baru lahir dibiarkan dalam keadaan telanjang, bayi baru lahirkan
ditidurkan berdekatan dengan ruang yang dingin, misalnya dekat tembok.
4) Evaporasi
Panas hilang melalui proses penguapan
tergantung kepada kecepatan dan kelembaban
udara (perpindahan panas dengan cara mengubah cairan menjadi uap).
Evaporasi dipengaruhi oleh jumlah panas yang dipakai, tingkat kelembaban udara,
aliran udara yang dilewati.
(muslihatun,2010; h.12-13)
Gambar 2.1 mekanisme kehilangan panas pada
bayi
Harus diingat bahwa bayi pada saat lahir
mempunyai suhu 0,5-1ºC lebih tinggi dibanding suhu ibunya. Sayangnya tidak
jarang bayi mengalami penurunan suhu tubuh menjadi 35-35,5ºC dalam 15-30 menit
karena kecerobohan perawat di ruang bersalin. Sebagian besar penyulit pada
neonatus, seperti distress pernapasan, hipoglikemi, dan gangguan pembekuan
darah lebih sering terjadi dan lebih berat bila bayi mengalami hipotermia.
Masalah tersebut dapat dicegah dengan
melakukan persiapan sebelum kelahiran dengan menutup semua pintu dan jendela
dikamar bersalin dan mematikan AC yang langsung mengarah pada bayi. Suhu
dikamar bersalin paling rendah 20ºC, dan harus lebih tinggi jika bayi prematur.
Segera setelah bayi lahir, bayi dikeringkan dan kemudian diselimuti / dibungkus
rapat dengan handuk hangat. Membiarkan bayi dalam keadaan telanjang seperti
memandikan ataupun saat melakukan
kontak kulit ibu dengan bayi harus dilakukan dalam ruangan yang hangat
(23-25ºC) atau dibawah pemanas radian / infant
radiant warmer. (Prawirohardjo. 2006; h. 367)
Cegah kehilangan panas pada bayi dengan upaya antara lain:
1) Keringkan bayi dengan seksama
Pastikan tubuh bayi dikeringkan segera
setelah lahir untuk mencegah kehilangan panas yang disebabkan oleh evavorasi
cairan ketuban pada tubuh bayi, keringkan bayi dengan handuk atau kain yang
telah disiapkan diatas perut ibu. Mengeringkan dengan menyeka tubuh bayi juga
merupakan ransangan taktil untuk memulai bayi memulai pernafasan.
2) Selimuti bayi dengan kain yang bersih dan
hangat
Segera setelah mengeringkan tubuh bayi dan
memotong tali pusat ganti handuk dan kain yang dibasah oleh cairan ketuban
dengan kain yang hangat kering dan bersih. Kain yang basah didekat tubuh bayi
dapat menyerap panas tubuh bayi melalui proses radiasi.
3) Selimuti bagian kepala bayi
Bagian kepala bayi ditutupi atau
diselimutisetiap saat. Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yang relatif
luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak
tertutup.
4) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui
bayinya
Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga
kehangatan tubuh dan mencegah kehilangan panas dan anjurkan ibu untuk menyusui
bayinya segera setelah lahir.
5) Cara menimbang dan memandikan bayi baru
lahir
Karena bayi baru lahir cepat kehilangan
panas tubuhnya (terutama jika tidak berpakaian), sebelum melakukan penimbangan
selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering.berat badan bayi dapat
dihitung dari selisih berat badan bayi saat berpakaian/ diselimuti dikurangi
berat kain /selimut. Bayi sebaiknya dimandikan 6 jam setelah lahir. Memandikan
bayi pada jam pertama setelah kelahiran dapat menyebabkan hipotermia.
6) Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat
Idealnya bayi baru lahir ditempatkan
ditempat tidur yang sama dengan ibunya ini adalah cara yang paling mudah untuk
menjaga bayi tetap hangat. (sumarah dkk,2009; h.174)
Suhu yang hangat akan sangat membantu menstabilkan upaya
bayi dalam bernafas.
Ketika melakukan perawatan pada bayi baru lahir, hindari
prosedur yang sebernya tidak perlu dilakukan seperti:
1)
Menghisap lendir yang ada di saluran
nafas bayi, padahal bayi sudah berhasil menangis dan melakukan nafas pertamanya
2)
Melakukan stimulasi taktil yang
berlebihan misalnya menampar pipi bayi baru lahir
3)
Memandikan bayi segera setelah lahir
4)
Melakukan pemeriksaan fisik bayi dalam
satu jam pertama kelahiran. Sebaiknya biarkan bayi diatas perut pasien untuk
melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dan menstabilkan reaksi tubuhnya.
e.
Perubahan pada sistem imun
Sistem imunitas bayi baru lahir
masih belum matang, sehingga menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai
infeksi dan alergi.
Sistem imun yang matang akan memberikan kekebalan
alami maupun yang di dapat.
Kekebalan alami terdiri dari
struktur pertahanan tubuh yang berfungsi mencegah atau meminimalkan infeksi.
Berikut beberapa contoh kekebalan alami:
1)
Perlindungan dari membran mukosa
2)
Fungsi saringan saluran nafas
3)
Pembentukan koloni mikroba di kulit dan
usus
4)
Perlindungan kimia oleh lingkungan asam
lambung
Bayi baru lahir dengan kekebalan pasif mengandung banyak
virus dalam tubuh ibunya. Reaksi antibody keseluruhan terhadap antigen asing
masih bisa dilakukan sampai awal kehidupannya. Salah satu tugas utama masa bayi
dan balita adalah pembentukan sistem kekebalan tubuh. Karena adanya defisiensi
kekebalan alami yang di dapat ini, bayi baru lahir ini sangat rentan terhadap
infeksi. Reaksi bayi baru lahir terhadap infeksi masih lemah dan tidak memadai,
oleh karena itu pencegahan terhadap mikroba dan deteksi dini serta pengobatan
sangat penting.
(sulistyawati,2011; h.203)
f.
Perubahan sistem gastrointestinal
Sebelum lahir janin cukup bulan
akan mulai menghisap dan menelan. Reflek muntah dan reflek batuk yang matang
sudah terbentuk dengan baik pada saat lahir. Kemampuan bayi baru lahir cukup
bulan untuk menelan dan mencerna makanan (selain susu) masih terbatas, hubungan
antara esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang mengakibatkan
“gumoh” pada bayi baru lahir dan neonatus. Kapasitas lambung sendiri sangat
terbatas yaitu kurang dari 30 cc untuk seorang bayi baru lahir cukup bulan dan
kapasitas lambung ini akan bertambah secara lambat bersamaan dengan
pertumbuhan.
Dengan adanya kapasitas lambung
yang masih terbatas ini maka sangat penting bagi pasien untuk mengatur pola
intake cairan pada bayi dengan frekuensi sedikit tapi sering, contohnya memberi
ASI sesuai keinginan bayi. Usus bayi masih belum matang sehingga tidak mampu
melindungi bayidari zat-zat berbahaya yang masuk kedalam saluran pencernaan.
Disamping itu bayi baru lahir juga belum dapat mempertahankan air secara
efisiensi dibanding dengan orang dewasa, sehingga kondisi ini dapat menyebabkan
diare yang lebih serius pada bayi.
g.
Perubahan pada sistem ginjal
Ginjal bayi baru lahir menunjukan
penurunan aliran darah ginjal dan penurunan kecepatan filtrasi glomerulus,
kondisi ini mudah menyebabkan retensi cairan dan intoksinasi air. Fungsi
tobulus tidak matur sehingga menyebabkan kehilangan natrium dalam jumlah besar
dan ketidakseimbangan elektrolit lain.
Bayi baru lahir tidak dapat
mengkonsentrasikan urine dengan baik, semua keterbatasan ginjal ini lebih buruk
dari pada kurang bulan.
Bayi baru lahir mengekskresikan sedikit urine pada
48 jam pertama kehidupan yaitu hanya 30-60 ml. Normalnya dalam urine tidak
terdapat protein atau darah. Adanya massa abdomen yang ditemukan pada
pemeriksaan fisik seringkali adalah ginjal dan dapat mencerminkan adanya tumor,
pembesaran, penyimpangan di dalam ginjal.
9. Perawatan Bayi Baru Lahir
a. Pemberian ASI
Air susu ibu
merupakan makanan yang terbaik bagi bayi. ASI diketahui mengandung zat gizi
yang paling sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi, baik kualitas dan
kuantitasnya. Berikan ASI sesering mungkin sesuai dengan kebutuhan bayi tampa
jadwal (on demamd). Berikan ASI saja (ASI eksklusif) sampai bayi berusia 6
bulan.
b. Perawatan tali pusat
Banyak pendapat tentang cara terbaik dalam merawat tali
pusat. Telah dilaksanakan beberapa uji klinis untuk membendingkan cara
perawatan tali pusat agar tidak terjadi peningkatan infeksi, yaitu dengan
membiarkan luka tali pusat terbuka dan membersihkan luka hanya dengan
membiarkan luka tali pusat terbuka dan membersihkan luka hanya dengan air
bersih. Negara-negara yang beriklim tropis perlu mewaspadai penggunaan alkohaol
yang dahulu populer dan terbukti efektif untuk membersihkan tali pusat, karena
sesungguhnya alkohol akan mudah menguap di daerah panas dan dengan demikian efektifnya
akan menurun.
Begitu dengan bedak antiseptik yang juga dapat kehilangan
efektifitasnya terutama dalam kelembaban tinggi (bila tidak di jaga), sehingga
penggunaan bahan tersebut dapat mengakibatkan peningkatan infeksi, kecuali bila
obat tersebut dapat dijaga tetap kering dan dingin.
Oleh karena itu tidak ada bukti kuat akan efektifnya
penggunaan alkohal tersebut, disamping itu juga karena harganya yang mahal
serta sulit untuk mendapat bahan yang berkualitas, maka untuk sementara ibu
nifas dianjurkan untuk membiarkan saja luka tali pusat bayinya mengering
sendiri. Hasil penelitian tersebut diatas menunjukan bahwa dengan membiarkan
tali pusat mengering, tidak ditutup dan hanya dibersihkan setiap hari dengan
air bersih merupakan cara yang paling efektif
dan dengan biaya yang efisien pua untuk perawatan tali pusat.
Bidan hendaknya menasehati ibu agar tidak membubuhkan
apapun pada daerah sekitar tali pusat karena dapat mengakibatkan infeksi. Hal
ini diakibatkan karena meningkatkan kelembaban
(akibat penyerapan olah bahan tersebut) badan bayi sehuingga menciptakan
kondisi yang ideal bagi tumbuhnya bakteri. (dewi,2011; h.27-30)
c. Memandikan Bayi
Memandikan bayi merupakan hal yang sering dilakukan,
tetapi masih banyak kebiasaan yang salah dalam memandikan bayi, seperti
memandikan bayi segera setelah lahir. Saat mandi bayi berada dalam keadaan
telanjang sehingga mudah kehilangan panas. Karena itu harus dilakukan upaya
untuk mengurangi terjadinya kehilangan panas.
Urutan memandikan bayi yang benar dimulai dari membersihkan
wajah, mata, lubang hidung dibersihkan perlahan, kemudian bersihkan bagian luar
teling. Kemudian bersihkan wajah bayi dengan waslap. Setelah wajah dibersihkan
bukalah baju bayi lalu bersihkan kelamin dan bokong bayi. Usap seluruh tubuh
dan lipatan tubuh bayi dengan waslap dan diberi sabun khusus bayi.setelah
selesai bayi dapat dimasukan ke bak air hangat. Tangan kiri ibu menyangga
kepala dan memegang erat ketiak bayi sedangkan tangan ibu membersihkan sabun
ditubuh bayi. Untuk membersihkan punggung bayi, balikan badan bayi
perlahan dengan tangan kanan ibu
sedangkan tangan kiri ibu tetap menopang badan bayi dan memegang erat
ketiaknya. Pencucian rambut dilakukan hanya apabila rambut kotor atau ada kerak
pada kulit kepala bayi dengan mengoleskan beberapa tetes baby oil atau sampo bayi di kulit kepala lalu disisir
dengan sisir rambut halus untuk memudahkan lepasnya kerak di kulit kepala bayi,
selanjutnya usap rambut dan kepala bayi dengan waslap yang direndam air hangat,
sampai bersih. Segera bungkus bayi dengan handuk kering dan letakan diatas
handuk kering.
(prawirohardjo,2010; h.372-373)
d. Menjemur bayi
Sinar matahari pagi amat berguna terutama bagi bayi
yang baru lahir, karena kandungan vitamin D nya yang tinggi. Vitamin D ini
berguna untuk kesehatan tulang dan kalsium dalam darah. karena fungsinya yang
penting ini, maka disarankan bagi para orangtua untuk rajin menjemur anaknya
setiap pagi.
Jemurlah bayi pagi hari antara jam 07.00 – 08.00,
jangan lupa siapkan penutup mata bayi,untuk melindungi mata bayi dari sinar
matahari langsung. Jemurlah bayi kurang lebih 15 menit dengan posisi
telentang dan tengkurap. Pada bayi yang baru lahir, khususnya bayi yang kuning,
aktivitas penjemuran ini dapat membantu menurunkan kadar bilirubin. Jika
cuaca sedang tidak mendukung (mendung atau berangin) , kita tidak perlu
memaksakan untuk menjemur si kecil, karena terkena angin terlalu banyak justru
akan membuat si kecil menjadi kembung. Setelah dijemur jangan langsung
dimandikan, tunggulah kurang lebih 15 menit agar suhu tubuh si kecil kembali
normal. Dampingi selalu si kecil pada saat dijemur dan jangan
ditinggal.(http://www.infoanak.com/tag/cara-menjemur-bayi/)
10. IMD ( Inisiasi Menyusui Dini)
Protocol evidence based yang baru telah diperbaharui oleh WHO dan UNICEF
tentang asuhan bayi baru lahir untuk menyatakan satu jam pertama menyatakan
bahwa: bayi harus mendapat kontak kulit ke kulit dengan ibunya segera setelah
lahir selama paling sedikit satu jam. Bayi harus dibiarkan untuk melakukan
inisiasi menyusu dini dan ibunya dapat mengenali bahwa bayinya siap menyusu
serta memberikan bantuan jika diperlukan. Menunda semuwa prosedur lainnya yang
harus dilakukan kepada bayi baru lahir sampai dengan IMD selesai.
Inisiasi menyusu dini atau permulaan menyusu dini
adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Cara bayi melakukan
inisiasi menyusu dini ini dinamakan the best crawl atau merangkak mencari
payudara.
(ambarwati dkk,2010; h.36-37)
Tatalaksana
Inisiasi Menyusui Dini yaitu:
a. Anjurkan suami atau keluarga
mendampingi saat melahirkan
b. Hindari penggunaan obat
kimiawi dalam proses persalinan
c. Segera keringkan bayi tanpa
menghilangkan lapisa lemak putih (verniks)
d. Dalam keadaan ibu dan bayi tidak memakai baju,
tengkurapkan bayi di dada ibu, luruskan bahu bayi sehingga
bayi menempel di dada ibu, kepala bayi harus berada diantara dada ibu agar terjadi sentuhan kulit
ibu dan bayi kemudian selimuti kedua agar tidak kedinginan. Tutp tubuh bayi dari kepala dengan kain yang kering dan bersih.
e. Anjurkan ibu memberi
sentuhan kepada bayi untuk merangsang bayi mendekati putting.
f. Biarkan bayi bergerak
sendiri mencari putting susu ibu.
g. Biarkan kulit bayi
bersentuhan langsung dengan kulit ibu selama minimal satu jam walaupun proses
menyusui telah terjadi. Bila belum terjadi proses menyusui hingga 1 jam biarkan
bayi berada di dada ibu sampai proses menyusui pertama kali selesai.
h. Tunda tindakan lain seperti
menimbang, mengukur, dan memberikan suntikan Vitamin K sampai menyusui pertama
kali
i. Proses menyusui dini dan
kontak kulit ibu dan bayi harus di upayakan meskipun ibu melahirkan dengan cara
operasi atau tindakan lain, kecuali ada indikasi medis yang jelas.
( Rukiyah,2010; h. 9)
Kontak kulit ke kulit dini antara ibu dan bayi ini sangat
penting untuk bebrapa alasan yaitu:
a.
Kehangatan dada ibu dapat menghangatkan
bayi, sehingga apabila bayi diletakan diperut dan dada ibunya segera setelah
lahir dapat menurunksn resiko hipotermia dan menurunkan kematian akibat
kedinginan.
b.
Saat bayi diletakan di dada ibu, bayi
akan merasakan getaran cinta yaitu merasakan ketenangan, merasa dilindungi dan
kuat secara psikis. Bayi akan lebih tenang dan mengurangi stres maka pernafasan
dan detak jantungnyapun akan lebih stabil.
c.
Secara fisiologis skin to skin contact
meransang ibu dan bayi untuk kenal satu sama lain
d.
Setelah lahir, bayi kulitnya menjadi
tempat bakterial berkoloni, hal ini menguntungkan karena bakteri tersebut masuk
kedalam masuk kedalam kulit ibu bayi yang tidak berbahaya sehingga kulit bayi
tidak berkolonisasi oleh bakteri pemberi perawatan atau dari rumah sakit.
e.
Dengan mengupayakan bayi menyusu secara
dini, bayi akan mendapatkan kolostrum yaitu berupa cairan emas yang kaya akan
antibody dan sangat penting untuk pertumbuhan usus dan ketahanan terhadap
infeksi yang sangat dibutuhkan bayi untuk kelangsungan hidupnya.
f.
Bayi yang diberikan kesempatan menyusu
dini sedini mungkin akan mempunyai kesempatan lebih berhasil menyusu eksklusif
g.
Kemudian sentuhan, hisapan dan jilatan
bayi pada putting susu akan meransang oksitosin yang penting agar:
1)
Menyebabkan rahim berkontraksi yang
membantu uterus berkontraksi dan mengurangi perdarahan
2)
Meransang pengaliran ASI dari payudara
ke ibu
(maryunani dkk,2008; h. 149-151)
Keuntungan inisiasi menyusu dini
a.
Bagi bayi
1)
Makanan dengan kualitas dan kuantitas
yang optimal agar kolostrum segera keluar yang disesuaikan dengan kebutuhan
bayi
2)
Memberikan kesehatan bayi dengan
kekebalan pasif yang segera kepada bayi. Kolostrum adalah imunisasi pertama
pada bayi
3)
Meningkatkan kecerdasan
4)
Membantu bayi mengkoordinasikan isap,
telan dan nafas
5)
Meningkatkan jalinan kasih sayang antara
ibu dan bayi
6)
Mencegah kehilangan panas
7)
Meransang kolostrum segera keluar
b.
Bagi ibu
1)
Meransang produksi oksitosin dan
prolaktin
2)
Meningkatkan produksi ASI
3)
Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu
dan bayi
(ambarwati dkk,2010; h.36-37)
Manfaat IMD bagi bayi adalah
membantu stabilisasi pernafasan, mengendalikan suhu tubuh bayi lebih baik
dibandingkan dengan inkubator, menjaga kolonisasi kuman yang untuk bayi dan
mencegah infeksi nosokomial. Kadar bilirubun bayi juga lebih cepat normal karena
pengeluaran mekonium lebih cepat sehingga dapat menurunkan insiden ikterus bayi
baru lahir. Kontak kulit dengan kulit juga membuat bayi lebih tenang sehingga
didapat pola tidur yang lebih baik. Dengan demikian, berat badan bayi lebih
cepat meningkat dan lebih cepat keluar dari rumah sakit. Bagi ibu IMD
dapat mengoptimalkan pengeluaran hormon
oksitosin, prolaktin, dan secara psikologis dapat menguatkan ikatan batin
antara ibu dan bayi. (Prawirohardjo. 2011; h. 369)
11.
Masalah Pada Bayi Baru Lahir
a.
Masalah yang perlu
tindakan segera dalam 1 jam
1)
Tidak bernapas/
sulit bernapas
Penanganan umum yang bias diberikan
adalah :
a) Keringkan bayi atau ganti kain yang basah dan bungkus dengan pakaian hangat dan kering.
b) Segera klem dan potong tali pusat.
c) Letakkan bayi pada tempat yang keras dan
hangat.
d) Lakukan pedoman pencegahan infeksi dalam setiap
melakukan tindakan.
e) Lakukan resusitasi bila terdeteksi adanya
kegagalan napas setelah bayi lahir.
f) Jika resusitasi tidak berhasil, maka berikan
ventilasi.
2) Sianosis / kebiruan dan sukar bernapas
Jika bayi mengalami sianosis (kebiruan ), sukar bernapas (frekuensi < 30
atau > 60 x/ menit), ada tarikan dinding dada ke dalam, atau merintih, maka
lakukan hal berikut :
a) Isap mulut dan hidung untuk memastikan jalan
napas tidak tersumbat.
b) Berikan oksigen 0,5 liter/ menit.
c) Rujuk ke kamar bayi atau tempat pelayanan yang
men- support kondisi bayi.
d) Tetap menjaga kehangatan bayi.
3) Bayi berat lahir rendah ( BBLR) < 2500 gram.
Ada dua macam BBLR, yang pertama bayi lahir kecil akibat kurang bulan. Dan
yang kedua adalah bayi lahir kecil dengan BB yang seharusnya untuk masa gestasi
(dismatur)
a) Bayi lahir kecil akibat kurang bulan
(premature)
(1) Masa gestasi < 37 minggu
(2) Factor penyebabnya adalah sebagai berikut:
(a) Ibu mengalami perdarahan antepartum, trauma fisik/psikologis,
dan DM, atau usia ibu masih terlalu muda (< 20 tahun) dan multigravida
dengan jarak kehamilan yang dekat.
(b) Keadaan social ekonomi rendah
(c) Kehamilan ganda atau hidramnion.
(3) Ciri-ciri bayi premature adalah sebagai berikut
:
(a) Berat kurang < 2500 gram
(b) Lingkar dada < 30 cm
(c) Panjang badan < 45 cm
(d)Lingkar kepala < 33 cm.
(e) Kepala lebih besar dari badannya.
(f) Kulitnya tipis transparan dan banyak lanugo.
(g) Lemak subkutan minimal.
4) Bayi lahir kecil dengan berat badan yang
seharusnya untuk masa gestasi (dismatur). Kondisi ini dapat terjadi preterm,
aterm, maupun postmatur. Bayi lahir dengan berat sangat kecil (BB< 1.500
gram atau usia < 32 minggu) sering
masalah berat seperti :
a)
Sukar
bernapas;
b)
Sukar
minum( menghisap);
c)
Ikterus
berat;
d)
Infeksi
berat;
e)
Rentan hipotermi;
f)
Segera
rujuk jika bayi mengalami kondisi-kondisi tersebut.
5)
Letargi
Tonus otot rendah dan
tidak ada gerakan sehingga sangat mungkin bayi sedang sakit berat. Jika
ditemukan kondisi demikian, maka segera rujuk.
6)
Hipotermi
( suhu < 36 ˚C )
Bayi mengalami hipotermi barat jika suhu aksila
< 35 ˚C. untuk mengatasi kondisi tersebut, lakukan hal berikut :
a)
Gunakan alat yang ada incubator, radian heater, kamar
hangat, atau tempat tidur hangat.
b)
Rujuk ke
pelayanan kesehatan yang memiliki Neonatal
Intensif Care Unit ( NICU )
c)
Jika bayi
sianosis, sukar bernapas, atau ada tarikan dinding dada dan merintih, segera
berikan oksigen.
7)
Kejang
Kejang pada
neonatus di definisikan sebagai suatu gangguan terhadap neurologi seperti
tingkah laku, motorik, atau fungsi otonom.
Kebanyakan kejang
pada bayi baru lahir timbul beberapa hari, sebagian kecil dari bayi tersebut
akan mengalami kejang lanjutan dalam kehidupannya kelak.
8)
Diare
Bayi dikatakan mengalami diare jika terjadi
pengeluaran feses yang tidak normal, baik dalam jumlah maupun bentuk (
frekuensi lebih dari normal dan bentuknya cair). Bayi
dikatakan diare bila sudah lebih dari 3 kali buang air besar, sedangkan
neonatus dikatakan diare bila sudah lebih dari 4 kali buang air besar.
9)
Obstipasi
Obsipasi adalah penimbunan feses
yang keras akibat adanya penyakit atau adanya obstruksi pada saluran cerna,
atau bias didefinisikan sebagai tidak adanya pengeluaran feses selama 3 hari
atau lebih. Lebih dari 90 % bayi baru lahir akan mengeluarkan mekonium dalam 24
jam pertama, sedangkan sisanya akan mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama
kelahiran. Jika hal ini tidak terjadi maka harus dipikirkan adanya obstipasi.
Namun, harus di ingat bahwa ketidakteraturan defekasi bukanlah suatu obstipasi
pada bayi yang menyusu, karena pada bayi bayi yang mengkonsumsi ASI umumnya
sering tidak mengalami defekasi selama 5-7 hari dan kondisi tersebut tidak
menunjukkan adanya gangguan karena nantinya bayi akan mengeluarkan feses dalam
jumlah yang banyak sewaktu defekasi. Seiring dengan bertambahnya usia dan
variasi dalam dietnya, lambat laun defekasi akan menjadi lebih jarang dan feses
yang dikeluarkan menjadi lebih keras.
10)
Infeksi
Infeksi perinatal adalah infeksi pada neonates yang terjadi pada masa
antenatal, intranatal, dan postnatal.
11) Sindrom kematian bayi mendadak (Sudden Infant Death Syndrome/ SIDS). Sudden Infant Death Syndrome/ SIDS
terjadi pada bayi sehat secara mendadak, ketika sedang ditidurkan tiba-tiba
ditemukan meninggal beberapa jam kemudian. Angka kejadian SIDS sekitar 4 dari
1.000 kelahiran hidup. Insiden puncak dari SIDS terjadi pada bayi usia 2 minggu
dan 1 tahun. (dewi,2010; h. 6-8)
12. Penatalaksanaan Pada Bayi Baru Lahir
b. Membersihkan
jalan nafas dan sekaligus
menilai APGAR Score menit pertama dengan cara menghisap lendir bayi dari mulut
dan hidung dengan memutar, jangan lakukan terus menerus tetapi beri kesempatan
pada bayi untuk bernafas, lakukan
penghisapan hingga bayi menangis keras.
c. Memperhatikan
suhu tubuh bayi dengan dibungkus kain hangat dan tidak memandikan bayi terlebih dahulu.
Mengeringkan tubuh bayi segera
setelah lahir, kondisi bayi lahir dengan tubuh basah karena air ketuban atau
aliran melalui jendela/pintu yang terbuka akan mempercepat terjadinya penguapan
yang akan mengakibatkan bayi akan lebih cepat kehilangan suhu tubuh. Hal ini akan mengakibatkan
serangan dingin yang merupakan gejala awal hipotermia. Bayi kedinginan biasanya
tidak memperlihatkan gejala mengggigil oleh karena kontrol suhunya belum
sempurna.
Untuk mencegah terjadinya
hipotermia, bayi yang baru lahir harus segara dikeringkan dan bungkus dengan
kain kering kemudian diletakkan telungkup di atas dada ibu untuk mendapatkan
kehangatan dari dekapan ibu.
Menunda memandikan BBL sampai tubuh bayi stabil. Pada BBL
cukup bulan dengan berat badan lebih dari 2500 dan menangis kuat bisa di mandikan + 24 jam
setelah kelahiran dengan tetap menggunakan air hangat pada BBL yang beresiko
dengan berat badan badan kurang dari 2500 gram atau keadaan bayi sangat lemah
sebaiknya jangan dimandikan sampai suhu tubuh stabil dan mampu menghisap ASI
dengan baik. (dewi,2010; h. 3-4)
d.
Melakukan
dengan teknik skin to skin dengan cara Dalam keadaan ibu dan bayi
tidak memakai baju, tengkurapkan bayi di dada
ibu, luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada ibu,
kepala bayi harus berada diantara payudara ibu agar terjadi sentuhan kulit ibu dan bayi
kemudian selimuti kedua agar tidak kedinginan agar terjalin hubungan antara ibu
dan bayi, bayi tidak hipotermi, membantu bayi agar lebih peka pada putting susu
ibu serta memberi kehangatan pada bayi. Tutup tubuh bayi dari kepala dengan
kain bersih dan kering.
e. Melakukan pengukuran antopometri meliputi
menimbang berat badan, panjang badan, lingkar kepala, lingkar dada, dan lingkar
lengan atas kemudian dilanjutkan dengan melakukan pemeriksaan fisik pada bayi yang dilakukan secara menyeluruh. Pengkajian
ini bertujuan untuk mengkaji adaptasi bayi baru lahir dan untuk memastikan bayi
dalam keadaan normal atau mengalami penyimpangan. Pemeriksaan fisik yang
dilakukan adalah dimulai dari
Kepala, mata, telinga, hidung, mulut, leher, dada,
abdomen, genetalia, anus, dan ekstremitas. (muslihatun,2010; h.28)
f. Memberikan obat mata untuk
mencegah terjadinya infeksi pada mata dengan menggunakan salep
eritromisan 0,5% atau tetrasiklin 1% untuk
pencegahan penyakit mata karena
klamedia (penyakit menular sexual).
Cara pemberian salep mata:
1)
Jelaskan
kepada keluarga apa yang akan dilakukan dan tujuan pemberian obat tersebut
2)
Cuci tangan
(gunakan sabun dan air bersih mengalir)
3)
Berikan
salep dalam satu garis lurus pada kedua mata
4)
Ujung tabung
salep mata tidak boleh menyentuh mata bayi
5)
Jangan
menghapus salep dari mata bayi dan anjurkan keluarga untuk tidak menghapus
salep mata tersebut. (JNPK-KR,2008)
g. Memberikan injeksi Vit.K
Semua bayi baru lahir harus di
beri Vit K injiksi 1 mg intramuskuler di paha kiri segera mungkin untuk
mencegah perdarahan pada bayi baru lahir akibat defisiensi Vit K yang dapat di
alamioleh sebagian bayi baru lahir. (Rukiyah. 2010; h. 14)
Di indonesia 67% dari angka kematian biayi merupakan
kematian neonatus di mana salah satu penyebab adalah perdarahan akibat defisiensi
vitamin K. (Prawirohardjo,2011; h.371)
h. Mendekatkan
bayi ke ibu dan menetekkan segera setelah lahir
Rangsangan isapan bayi pada putting akan di teruskan oleh
serabut saraf ke hipofisis anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin. Di
mana hormon inilah yang akan memacu payudara untuk menghasilkan ASI. Pada hari
hari pertama kelahiran bayi, apabila penghisapan putting susu cukup adekuat maka
kan di hasilkan secara bertahap menghasilkan 10-100cc ASI. Produksi ASI akan
optimal setelah hari 10-14 usia bayi. Bayi sehat akan mengkonsumsi ASI 700-800
cc ASI per hari ( kisaran 600-1000 cc) untuk tumbuh kembang bayi. Produksi ASI
mulai menurun (500-700 cc) setelah 6 bulan pertama dan menjadi 400-600 cc pada
6 bulan kedua. Produksi ASI akan menjadi 300-500 cc pada tahun kedua usia anak.
Reflek laktasi yang terdapat pada bayi baru lahir seperti ; reflek mencari, reflek menghisap,
dan reflek menelan.
Keuntungan pemberian ASI diantaranya adalah adanya keterikatan
emosional ibu dan bayi, sebagai kekebalan pasti untuk bayi, dan merangsang
kontraksi uterus. Pada saat mulai pemberian ASI anjurkan ibu memeluk dan
menyusui bayinya setelah tali pusat diklem dan dipotong, sehingga dapat merangsang
produksi ASI, memperkuat reflek menghisap bayi. Pedoman pemberian ASI antara lain: menyusui setelah lahir, jangan berikan makanan atau minuman lain selain ASI
kecuali ada alasan medis, menyusui bayi dengan posisi yang benar dan melakukan
perawatan payudara.(Rukiyah. 2010; h.13)
i.
Memberikan bayi imunisasi Hb0. Imunisasi
hepatitis B bermamfaat untuk mencegah infeksi hepatitis B terhadap bayi,
terutama jalur penularan ibu-bayi. Imunisasi hepatitis B pertama diberikan satu
jam setelahpemberian Vitamin K, pada saat bayi berumur 2 jam.
(JNPK-KR,2008; h.137)
13.
Mendeteksi Tanda-Tanda Bahaya
Pada Bayi
Jika menemukan kondisi ini harus segera dilakukan pertolongan dan orang tua
harus mengetahuinya seperti:
a.
Pernafasan sulit atau lebih dari 60
kali/menit
b.
Terlalu hangat (>38°C)
c.
Kulit bayi kering terutama dalam 24 jam
pertama, biru pucat dan memar
d.
Hisapan saat menyusui lemah, seringn
muntah, mengantuk berlebihan
e.
Tali
pusat merah, bengkak, berbau busuk dan berdarah
f.
Tanda-tanda infeksi seperti merah,panas,
bengkak, bau busuk
g.
Tidak BAB dalam 3 hari, tidak BAK selama
24 jam, tinja lembek, encer, ada lendir atau darah
h.
Menggigil, rewel, lemas, mengantuk,
kejang, tidak bisa tenang, menangis terus menerus.
(rukiyah
dkk,2010; h.73)
14.
Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap suatu
penyakit, sehingga bila kelak terpajanpada penyakit tersebut ia tidak menjadi
sakit. (ranuh,dkk,2011; h.48-49)
15. Tujuan Imunisasi
Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang,
dan menghilangkan penyakit tersebut pada sekelompok masyarakat (populasi), atau
bahkan menghilangkannya dari dunia seperti yang kita lihat pada keberhasilan
imunisasi cacar variola. (ranuh,dkk,2011; h.48-49)
Tabel 2.6 jadwal imunisasi dasar pada anak
Umur
|
Vaksin
|
Keterangan
|
Hepatitis B – 1
|
HB – 1 diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir
dilanjutkan pada umur 1 bulan. Apabila status HbsAg-B positif dalam wakru 12
jam terakhir diberikan HB 0,5 bersamaan dengan vaksin HB-1. Apabila semula
HbsAg tidak diketahui dan ternyata dalam perjalanan selanjutnya diketahui
bahwa ibu HbsAg positif maka masih dapat diberikan Hblg 0,5 ml sebelum bayi
berumur 7 hari.
|
|
Saat lahir
|
Polio -0
|
Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama untuk bayi
yang lahir di RS/RB polio oral diberikan saat bayi dipulangkan (untuk
menghindari transmisi virus vaksin lain kepada bayi lain.
|
1 bulan
|
Hepatitis B-2
|
Hb-2 diberikan pada bayi berumur 2 bulan interval HB-1
dan HB-2 adalah 1 bulan
|
0-2 bulan
|
BCG
|
BCG dapat diberikan sejak lahir. Apabila bayi akan
diberikan pada umur >3 bulan sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih
dahulu dan BCG diberikan kalau uji tuberkulin negatif.
Vaksin BCG ulangan tidak dianjurkan karena mamfaatnya
diragukan.
|
DPT-1
|
DPT-1 diberikan pada umur lebih dari 6 minggu dengan
interval 4-6 minggu
|
|
2 bulan
|
Polio-1
|
Polio-1 dapat diberikan bersamaan dengan DPT-1
Interval pemberian polio 2,3 dan 4 tidak kurang dari 4
minggu.
Vaksin volio ulangan diberikan 1 tahun sejak imunisasi
polio 4 selanjutnya umur 5-6 tahun.
|
4 bulan
|
DPT-2
|
DPT-2 dapat diberikan secara terpisah atau
dikombinasikan dengan Hib-2.
|
Polio-2
|
Polio-2 diberikan bersamaan dengan DPT-2.
|
|
DPT-3
|
DPT-3 dapat diberikan secara terpisah atau
dikombinasikan dengan Hib-3
|
|
6 bulan
|
Polio-3
|
Polio 3 dapat diberikan bersamaan dengan DPT-3
|
Hepatitis B-3
|
HB-3 diberikan umur 6 bulan untuk mendapatkan respon
imun optimal interval Hb2 dan Hb3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan.
|
|
9 bulan
|
Campak
|
Campak diberikan pada bayi usia 9 bulan.
|
(rukiyah dkk,2019; h.83-84)
a.
Vaksin BCG (Bacille
Calmette-Guerin)
Tuberkulosis disebabkan oleh
mycobacterium tuberkulosis dan mycobacterium bovis. Tuberkulosis paling sering
menyerang paru-paru, tetapi dapat pula menyerang organ-organ lainnya seperti
selaput otak tulang dan lain-lain.
Bacille Calmette-Guerin adalah
vaksin hidup yang dibuat dari mycobakterium bovis yang dilemahkan. Di indonesia
vaksin BCG yang dipakai adalah vaksin BCG yang diproduksi oleh biovarma
bandung. Vaksin BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi
tuberkulosis berat, seperti meningitis tuberkulosis berat. (dewi,2011; h.130)
Vaksin BCG optimal diberikan pada
umur <2 bulan. Dosisi pemberian 0,05 ml untuk bayi kurang dari satu tahun,
dan 0,1 ml untuk anak > 1 tahun. Vaksin BCG diberikan secara intrakutan di
daerah lengan kanan atas pada insersio M.deltoideus sesuai anjuran WHO tidak
ditempat lain (misalnya bokong,paha). Hal ini mengingat penyuntikan intradermal
di daerah deltoid lebih mudah dilakukan (jaringan lemak subkutis tipis), ulkus
yang terbentuk tidak mengganggu struktur otot setempat (dibanding pemberian
didaerah gluteal lateral atau paha anterior) dan sebagai tanda baku untuk
keperluan diagnosis apabila diperlukan.
Vaksin BCG tidak dapat mencegah
infeksi tuberkulosis, namun dapat mencegah komplikasinya. Para pakar menyatakan
bahwa:
1)
Efektifitas vaksin untuk perlindungan
penyakit hanya 40%
2)
Sekitar 70% kasus TB berat (meningitis) ternyata
mempunyai parut BCG
3)
Kasusu dewasa dengan BTA (bakteri tahan
asam) positif di indonesia cukup tinggi (25% - 36%) walaupun mereka pernah
mendapat BCG pada masa kanak-kanak. (ranuh,dkk,2011; h.48-49)
b.
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
(KIPI)
KIPI pada imunisasi BCG yakni
ulkus lokal superfisial 3 minggu setelah penyuntikan, ulkus yang biasanya
tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulut dengan
diameter 4-8 mm. Apabila dosis terlalu tinggi, maka ulkus yang timbul lebih
besar, namun apabila penyuntikan terlalu dalam , maka parut akan tertarik ke
dalam (retracted).
(muslihatun,2010; h.220)
c.
Kontra indikasi pemberian
imunisasi BCG
1)
Reaksi uji tuberkulin > 5 mm
2)
Terinveksi terhadap HIV atau dengan
resiko HIV, pengobatan kortiko steroid, sedang mengalami terapi radiasi,
menderita penyakit keganasan sum-sum tulang belakang.
3)
Anak menderita gizi buruk
4)
Anak menderita demam tinggi
5)
Anak menderita infeksi kulit yang luas
6)
Anak pernah menderita tuberkulosis
(dewi,2011; h.131)
Vaksin BCG ulangan tidak
dianjurkan karena mamfaatnya diragukan, mengingat hal berikut. Apabila BCG
diberikan setelah umur 3 bulan perlu dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu.
Vaksin BCG diberikan bila uji tuberkulin negatif. Apabila uji tuberkulin tidak
memungkinkan BCG dapat diberikan namun perlu diobservasi dalam waktu 7 hari.
Apabila terdapat reaksi lokal cepat di tempat suntikan, perlu tindakan lebih
lanjut (tanda diagnostik tuberkulosis). (ranuh,dkk,2011; h.48-49)
d.
Polio
Terdapat
2 kemasan polio yang berisi virus polio, yaitu:
1)
OPV (oral polio vaccine), hidup
dilemahkan,tetes, oral
2)
IPV (inactivated polio vaccine), in-aktif,
suntik
e.
Jadwal imunisasi polio
Polio-0 diberikan pada saat bayi
lahir atau pada kunjungan pertama sebagai tambahan untuk mendapatkan cakupan
imunisasi yang tinggi. Hal ini diperlukan karena indonesia rentan terhadap
transmisi virus polio liar dari daerah endemik polio.
Untuk imunisasi dasar
(polio-2,3,4) diberikan pada umur 2,4, dan 6 bulan interval tidak kurang dari 4
minggu.
Dosisi imunisasi polio OPV adalah
2 tetes per-oral, imunisasi ulangan diberikan satu tahun sejak imunisasi polio
4 selanjutnya saat masuk sekolah (5-6 tahun). (ranuh,dkk,2011; h.48-49)
Vaksin
yang digunakan sejak lahir sebanyak 2 tetes oral ini kemudian menempatkan diri
di usus dan memacu pembentukan antibody dalam epitalium usus yang menghasilkan
pertahanan lokal terhadap virus polio liar yang datang masuk kemudian. Vaksin
virus polio ini dapat bertahan selama 6 minggu setelah pemberian. (dewi,2011;
h.141)
B. TEORI MANAJEMEN KEBIDANAN
MENURUT
VARNEY
1. Pengertian
Manajemen kebidanan
merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk
mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan-temuan,
keterampilan, dalam rangkaian tahap-tahap yang logis untuk pengambilan suatu
keputusan yang berfokus terhadap klien.
Manajemen kebidanan diadaptasi dari sebuah konsep yang
dikembangkan oleh Helen Varney dalam buku Varney’s Midwifery, edisi ketiga
tahun 1997, menggambarkan proses manajemen asuhan kebidanan yang terdiri dari
tujuh langkah yang berturut secara sistematis dan siklik.
(Soepardan,2008; h. 96)
Manajemen
kebidanan adalah
bentuk pendekatan yang dilakukan oleh
bidan dalam memberikan asuhan kebidanan dengan menggunakan metode pemecahan masalah. Varney mengatakan
bahwa seorang bidan perlu lebih kritis melakukan analisis dalam menerapkan
manajemen untuk mengantisipasi diagnosis dan masalah potensial. Dengan demikian
pengertian manajemen kebidanan menurut varney adalah pendekatan yang digunakan
oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai
dari pengkajian, analisis data, diagnosis
kebidanan, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi.
(Nurhayati at
all.2012;h.139)
2.
Langkah dalam manajemen kebidanan menurut Varney
I. Pengkajian (Pengumpulan data dasar)
Mengumpulkan data adalah menghimpun informasi
tentang klien/ orang yang meminta asuhan. Pada langkah pertama dikumpulkan
semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien.
Teknik
pengumpulan data ada tiga, yaitu
observasi, wawancara, dan pemeriksaan. Data secara garis besar diklasifikasikan
menjadi data subjektif dan data
objektif. (Nurhayati dkk.2012;h.141)
a.
Data Subjektif
1)
Identitas Orang tua
a)
Umur
Umur pasien dikaji untuk
mengetahui apakah pasien dikatakan berpengaruh / memiliki resiko jika <20
tahun karena alat-alat reproduksi belum matang dan psikis yang belum siap dan
>35 tahun rentan sekali terjadi komplikasi-komplikasi dalam kehamilan dan
perdarahan dalam masa nifas, jadi usia reproduktif (subur) seorang wanita yang
baik dalam siklus reproduksi berkisar dari usia 20-35 tahun. (Manuaba, dkk, 2010; h. 75)
b)
Pendidikan
Berpengaruh
dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat
intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya.
c)
Pekerjaan
Gunanya untuk
mengetahui dan mengukur tingkat social ekonominya, karena ini juga mempengaruhi
dalam gizi pasien tersebut. (ambarwati,2009; h. 130-133)
d)
Riwayat antenatal
Umur kehamilan neonatus
cukup bulan (NCB) adalah 37 minggu
sampai 42 minggu.
e)
Penyakit selama hamil
Data ini diperlukan untuk
mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit terhadap gangguan kesehatan
pasien dan bayinya, misalnya penyakit rubela. (maryunani dkk, 2008; h.20)
B.
Data Objektif
a. Keadaan umum
Yang perlu diperhatakan dalam kondisi umum ini adalah
keadaan umum: kesadaran dan keaktifan. (maryunani dkk, 2008;
h.74)
b.
Tonus otot
Mengkaji tonus otot
merupakan bagian penting karena pemeriksaan tonus otot dapat memberikan
informasi tentang kondisi kematangan bayi.
Hipotonia: kepala bayi
tampak terkulai
Hipertonia: peningkatan
perlawanan tampak jelas pada waktu tangan dan kaki direntangkan. (maryunani dkk,
2008; h.109)
c.
Pernafasan
Pernafasan yang normal pada bayi baru lahir adalah
berkisar 30-60 x/menit, pengukuran dilakukan selama 60 detik ( 1 menit).
Pengukuran dilakukan dengan menghitung 60 detik penuh untuk mendeteksi
ketidakteraturan dalam kecepatan.
d.
Warna kulit
Pada bayi baru lahir
kulit tampak kemerahan. Observasi warna kulit bayi dalam hubungannya dengan
perubahan aktifitas dan temperatur. Penurunan temperatur meningkatkan derajat
sianosis.
(maryunani dkk,2008; h. 73-75)
e.
Lama persalinan
Lama persalinan pada primigravida dan multigravida
Kala persalinan
|
Primigravida
|
Multigravida
|
I
|
10-12 jam
|
6-8 jam
|
II
|
1-1,5 jam
|
0,5-1 jam
|
III
|
10 menit
|
10 menit
|
IV
|
2 jam
|
2 jam
|
Jumlah (tampa memasukan
kala IV yg bersifat observasi
|
10-12 jam
|
8-10 jam
|
(Manuaba,dkk,2010; h.175)
II. Diagnosa Masalah Dan Kebutuhan
Pada langkah ke-dua dilakukan identifikasi
terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas
data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar tersebut kemudian diinterpretasikan sehingga dapat dirumuskan masalah dan
diagnosa yang
spesifik. Baik rumusan diagnosis maupun rumusan masalah keduanya harus
ditangani, meskipun masalah tidak bisa dikatakan sebagai diagnosis tetapi harus
mendapatkan penanganan.
1)
Diagnosa kebidanan
Diagnose kebidanan adalah diagnose yang ditegakkan oleh bidan
dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomeklatur diagnosis
kebidanan. Diagnose didapatkan dari data subjektif dan data objektif.
2)
Masalah
Masalah adalah hal- hal yang berkaitan dengan pengalaman
klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosis.
3)
Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal- hal yang dibutuhkan oleh klien
dan belum terdentifikasi dalam diagnosis dan masalah yang didapatkan dalam
melakukan analisa data. (soepardan,2008; h.101)
III.
Mengidentifikasi Diagnosa Dan
Masalah Potensial
Pada langkah ke-tiga ini
mengidentifikasikan masalah potensial berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan
pencegahan.
IV.
Identifikasi Tindakan Segera
Mengidentifikasi
kebutuhan yang memerlukan penanganan segera. Beberapa data demi menunjukan
situasi emergensi dimana kita perlu bertindak demi keselamatan klien.
V.
Perencanaan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang
menyeluruh ditentukan oleh langkah sebelumnya.
Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen kebidanan terhadap
diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasikan atau di antisipasi. Pada
langkah ini informasi data yang tidak lengkap
dilengkapi.
VI.
Pelaksanaan
Pada langkah
ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke-5
dilaksanakan secara efesien mungkin. Perencanaan ini boleh seluruhnya dilakukan
oleh bidan, namun juga boleh dilakukan secara kolaborasi. (Nurhayati dkk.2012;h. 143-144)
VII.
Evaluasi
Dalam langkah ini
dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar terpenuhi sesuai dngan
kebutuhan sebagimana telah diidentifikasi dalam masalah dan diagnosa. Manajemen
kebidanan merupakan suatu kontinum, maka perlu mengulang kembali dari awal
setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses manajemen untuk
mengidentifikasi mengapa proses manajemen tidak efektif serta malakukan
penyesuaian pada rencana asuhan berikutnya. (Wildan dkk.2008; h.34-39).
C. LANDASAN HUKUM KEWENANGAN BIDAN
NOMOR 1464/MENKES/PER/X/2010
TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK BIDAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA
1. Kewenangan normal:
a.
Pelayanan kesehatan
ibu
b.
Pelayanan kesehatan
anak
2.
Kewenangan dalam
menjalankan program Pemerintah
3.
Kewenangan bidan yang
menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter
Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh bidan.
Kewenangan ini meliputi:
a.
Pelayanan kesehatan
ibu
Ruang lingkup:
Pelayanan ibu
menyusui
4.
Kewenangan:
a.
Fasilitasi/bimbingan
inisiasi menyusu dini (IMD) dan promosi air susu ibu (ASI) eksklusif
b.
Penyuluhan dan
konseling
5.
Pelayanan kesehatan
anak
1.
Ruang lingkup:
a.
Pelayanan bayi baru lahir
b.
Pelayanan bayi
2.
Kewenangan:
a.
Melakukan asuhan bayi
baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu
dini (IMD),
injeksi vitamin K, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28
hari), dan perawatan tali pusat
b.
Penanganan hipotermi
pada bayi baru lahir dan segera merujuk
c.
Penanganan
kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan
d.
Pemberian imunisasi
rutin sesuai program Pemerintah
e.
Pemantauan tumbuh
kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah
f.
Pemberian konseling dan
penyuluhan
g.
Pemberian surat
keterangan kelahiran
h.
Pemberian surat
keterangan kematian

BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN
KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR
TERHADAP
BY. NY. S DI BPS MARTINI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2013
Nama Mahasiswa : Ni Nyoman Novianti
NIM :
2010.593
Tanggal :
2 Juni 2013
Pukul :
17: 35 WIB
Tempat :
BPS Martini Bandar Lampung
A. Data Subjektif
1. Anamnesa
a.
Bayi
Nama bayi : Bayi Ny. S
Tgl lahir :
2 Juni 2013
Jam : 17:35 WIB
Jenis kelamin : Perempuan
Anak ke : 2
|
b.
Orang Tua
Nama Ibu : Ny. S
Umur : 26 tahun
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl. Raja basa raya Gg.madiun
|
Nama Ayah : Tn. N
Umur : 27 tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Jl. Raja basa raya Gg.madiun
|
c. Riwayat
antenatal
G2P1A0
Umur Kehamilan : 40 Minggu 5 hari
Riwayat ANC : Teratur, 6 kali, di BPS Martini
Keluhan saat kehamilan : Mual muntah saat TM I
Tidak ada keluhan saat TM II
Sering kencing saat TM III
Penyakit
selama kehamilan
1) Diabetes Mellitus : Tidak Ada
2) Hepatitis :
Tidak Ada
3) HIV/ AIDS :
Tidak Ada
Komplikasi Ibu
1)
Pendarahan :
Tidak ada
2)
Pre-eklamsi :
Tidak ada
3)
Eklamsia :
Tidak ada
4)
Penyakit kelamin :
Tidak ada
5)
Lain-lain : Tidak ada
d.
Riwayat
intranatal
Lahir tanggal : 2 Juni 2013
Pukul : 17:35 WIB
Jenis Persalinan : Spontan
Penolong : Bidan
B. DATA
OBJEKTIF
Kedaan umum :
Baik
Tonus otot :
Baik
Pernafasan : Spontan, Menangis kuat
Warna kulit : Kemerahan
1.
Data penunjang
Riwayat natal
Tempat
lahir : BPS Martini Bandar Lampung
Ditolong
oleh : Bidan
Usia
kehamilan : 40 minggu 5 hari
Jenis
persalinan : Spontan
Lahir tanggal : 2
juni 2013/ Pukul : 17:
35 WIB
Jenis
kelamin : Perempuan
Cacat
bawaan :
Tidak Ada
Plasenta : Lahir Spontan
Keadaan air
ketuban : Jernih
Waktu pecahnya
air ketuban : Pukul 17.20 WIB
Lilitan tali
pusat :
Tidak ada
2.
Lama
persalinan
Kala 1 :
6 jam 15 menit
Kala 2 : 0 jam 20 menit
Kala 3 : 0 jam 10 menit
Kala 4 : 2 jam 0 menit
Lamanya : 8 jam 45 menit