Minggu, 14 Juli 2013

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR TERHADAP BAYI NY. S DI BPS MARTINI BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013


ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR
TERHADAP BY. NY. S DI BPS MARTINI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2013


KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah Dibuat Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan
Gelar Profesi Ahli Madya Kebidanan Pada Prodi DIII Kebidanan
Adila Bandar Lampung


 

  

Disusun oleh:
NAMA : NI NYOMAN NOVIANTI
NIM     : AB/A/Y.2010.593



AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN
201
3


BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang


Tingkat kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu indikator di suatu negara. Angka kematian maternal dan neonatal masih tinggi, salah satu faktor penting dalam upaya penurunan angka tersebut dengan memberikan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas keadaan masyarakat yang belum terlaksana. (Sarwono, 2010)
Berdasarkan penelitian WHO seluruh dunia, terdapat kematian bayi khususnya neonatus sebesar 4.000.000 jiwa/tahun. Kematian bayi tersebut terutama di Negara berkembang sebesar 99% dan 40.000 dari bayi tersebut adalah bayi di Negara Indonesia. (http://www.poltekes-pontianak.ac.id.2010)
Text Box: 1Angka kematian bayi (AKB) di Negara-negara ASEAN seperti Singapura 3/1000 kelahiran hidup. Malaysia 5,5/1000 kelahiran hidup. Thailand 17/1000 kelahiran hidup. Vietnam 18/1000 kelahiran hidup dan philipina 26/1000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kematian bayi (AKB) di Indonesia adalah angka tertinggi di Negara ASEAN. Berdasarkan  SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia) tahun 2007 angka kematian bayi di Indonesia adalah 35/1.000 kelahiran hidup. Bila dirincikan 157.000 bayi meninggal dunia pertahun atau 430 bayi meninggal dunia perhari. Dalam Milenium Development Goals (MDGS) Indonesia menargetkan pada tahun 2015 AKB menurun menjadi 17/1000 kelahiran hidup. Beberapa penyebab kematian bayi baru lahir (BBL) yang terbanyak disebabkan oleh kegawatdaruratan dan penyulit pada neonatus, trauma lahir, kelainan kongenital dan hyperbilirubin (SDKI dalam (http://www.poltekes-pontianak.ac.id.2010)
Bayi baru lahir disebut juga neonatus merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterine. (dewi,2011; h.1)

Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 di Provinsi Lampung  pada Tahun 2012 Angka Kematian Neonatal 27/1000 KH, Kematian Bayi 43/1000 KH dan Kematian Balita 30/1000 KH (SDKI 2012). Secara umum Angka Kematian Anak menunjukkan penurunan yang lambat. Angka Kematian Neonatal mengalami stagnasi 10 tahun terakhir yaitu 20/1.000 kelahiran hidup pada SDKI 2002 menjadi 19/1.000 pada SDKI 2007 dan SDKI 2012. Padahal kematian neonatal merupakan proporsi yang besar dari kematian bayi (59%) dan balita (47%). (Profil dinas kesehatan lampung, 2012)
Penelitian telah menunjukan bahwa lebih dari 50% kematian bayi terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir akan menyebabkan kelainan-kelainan yang akan mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian. Misalnya sebagai akibat hipotermi pada bayi baru lahir yang dapat mengakibatkan cold stress yang selanjutnya dapat mengakibatkan hipoksemia atau hipoglikemia dan mengakibatkan kerusakan otak. (prawirohardjo, 2006)

Pada Tahun 2012 di Provinsi Lampung terjadi 787 kasus kematian Perinatal, 110 kasus kematian neonatal, 159 kasus kematian bayi dan kasus kematian Balita sebanyak 64 kasus.  Tingginya kasus kematian Ibu dan anak di Provinsi Lampung memperlihatkan betapa rawannya derajat kesehatan Ibu dan anak. Karena kematian Ibu bayi dan Balita merupakan salah satu parameter derajat kesehatan suatu Negara. Masalah kesehatan ibu dan anak ini perlu diatasi dengan segera karena derajat kesehatan ibu dan anak akan sangat menentukan kualitas sumber daya manusia pada masa yang akan datang.
(Profil Dinas Kesehatan Lampung, 2012).


 
Penyebab utama dari kematian neonatus di kota Bandar Lampung adalah asfiksia sebanyak 35 kasus (54,72%) BBLR 29 kasus (27,36%) dan penyebab lain 19 kasus (17,92 %) penyebab lain ini yaitu unchepalitis, kejang, dan kebiruan, kelainan kongenital seperti jantung bawaan, labiopalatoscizis, atresia esophagus, leukimia, herniadiafragmatika, dan atresia jejenum, hyperbilirubin, postmatur, kern ikterus, dan sepsis.
(Profil Kesehatan Dinas Kota Bandar Lampung, 2010)
Dari hasil prasurvey yang penulis lakukan pada tanggal 2 juni 2013 di BPS Martini Bandar Lampung, penulis mendapatkan dari bulan januari sampai bulan mei tahun 2013 terdapat 42 ibu bersalin 35 dengan bayi baru lahir normal, 5 dengan bayi asfiksia ringan dan 2 dengan bayi berat lahir rendah.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir normal di BPS Martini Bandar Lampung Tahun 2013.

B.  Rumusan Masalah

“Bagaimanakah Asuhan kebidanan pada Bayi Baru Lahir terhadap By.Ny. S  di BPS Martini Bandar Lampung ?”

C.  Tujuan

1.      Tujuan Umum
Penulis dapat melaksanakan Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir terhadap By. Ny. S  di BPS Martini Bandar Lampung Tahun 2013.
2.      Tujuan Khusus
a.    Diharapkan Penulis Dapat Melakukan Pengkajian  Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir terhadap By.Ny.S di BPS Martini Bandar Lampung Tahun 2013.
b.    Diharapkan Penulis Dapat Melakukan Interpensi Data  Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir terhadap By.Ny. S di BPS Martini Bandar Lampung Tahun 2013.
c.    Diharapkan penulis dapat melakukan diagnosa potensial  Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir terhadap By. Ny. S di BPS Martini Bandar Lampung Tahun 2013.
d.   Diharapkan penulis dapat melakukan tindakan antisipasi  Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir terhadap By. Ny. S di BPS Martini Bandar Lampung ahun 2013.
e.    Diharapkan penulis dapat melakukan rencanakan Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir terhadap By.Ny.S di BPS Martini Bandar Lampung Tahun 2013.
f.     Diharapkan penulis dapat melakukan penatalaksanaan  Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir terhadap By.Ny.S di BPS Martini  Bandar Lampung Tahun 2013.
g.    Diharapkan penulis dapat  melakukan evaluasi  Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir terhadap By. Ny. S di BPS Martini Bandar Lampung Tahun 2013.

D.  Ruang lingkup

1.    Sasaran

Sasaran objektif pada kasus ini yaitu By. Ny.S

2.    Tempat

Lokasi tempat pengambilan studi kasus di BPS Martini Bandar Lampung

3.    Waktu
Waktu penyusunan tugas akhir ini dimulai dari 2 Juni 2013 – 9 juni 2013

E.  Manfaat Penulisan

1.    Institusi Pendidikan

Hasil penelitian dapat menjadi sumber bacaan bagi mahasiswi Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung dalam menerapkan ilmu dan sebagai  acuan penelitian berikutnya Khususnya pada bayi baru lahir.

2.    Bagi Lahan Praktek

Study kasus ini dapat dijadikan gambaran informasi serta bahan untuk meningkatkan manajemen kebidanan yang diterapkan oleh lahan praktek.

3.    Bagi Penulis

Study kasus ini dapat meningkatkan pengetahuan yang didapat selama perkuliahan serta mengaplikasikan tentang perawatan bayi baru lahir.  

         

F.       Metodelogi dan Tehnik Memperoleh Data

1.    Metode Penelitian
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan metode deskriftif yaitu suatu metode yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif. Metode penelitian deskriftif digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. Penelitian ini dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan data, klasifikasi, pengolahan/analisis data, membuat kesimpulan, dan laporan.
(Notoatmodjo, 2005: h.138)

2.    Tekhnik Memperoleh Data
Teknik memperoleh data dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah:
a.    Data primer
1)   Wawancara (anamnesis)
Yaitu perbincangan dua arah dengan cara tatap muka dan pertanyaan yang diajukan mengarah pada data yang relavan dengan pasien, anamnesis dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
a)    Auto anamnesis
Adalah anamnesis yang dilakukan kepada pasien langsung. Jadi yang diperoleh adalah data primer karena langsung dari sumbernya.
b)   Allo anamnesis
Adalah anamnesis yang dilakukan kepada keluarga pasien untuk memperoleh data tentang pasien. (sulistyawati,2012; h.165-166)
2)   Observasi
Pengamatan (observasi) adalah suau hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya rangsangan. Mula-mula ransangan dari luar mengenai indra dan terjadilah pengindraan, kemudian apabila ransangan tersebut menarik perhatian akan dilanjutkan dengan adanya pengamatan. (notoatmodjo,2005; h.93)



3)   Pemeriksaan fisik
Pengkajian fisik dapat dipandang sebagai bagian tahap pengkajian pada proses keperawaan atau ahap pengkajian/pemeriksaan klinis dari sistem pelayanan. Pengkajian prinsip keperawatan pada prinsipnya menggunakan cara-cara yang sama dengan pengkajian fisik yaitu inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. (prawirohardjo,2006; h.3)
b.    Data sekunder
1.    Studi Kepustakaan
Dalam metode ini penulis membaca dan mempelajari buku-buku, literatur-literatur yang berkaitan dengan bayi baru lahir dan diperoleh dari beberapa buku terbaru dan informasi dari internet yang “up to date”.
2.    Studi dokumenter
Yang dimaksud sumber informasi dokumenter pada dasarnya adalah bentuk sumber informasi berhubungan dengan dokumen, baik dokumen-dokumen resmi maupun tidak resmi. Dokumen resmi adalah semua bentuk dokumen baik yang diterbitkan atau tidak diterbitkan yang ada dibawah tanggung jawab instansi resmi misalnya laporan, statistik, catatan-catatan di dalam kartu klinik dan sebagainya.
Sedangkan dokumentasi tidak resmi adalah segala dokumen yang berada atau menjadi tanggung jawab dan wewenang instansi seperti biografi catatan harian dan semacamnya. (notoatmodjo,2005; h.62-63)

 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.  Tinjauan Teori Medis

1.    Pengertian Bayi Baru Lahir

a.    Bayi baru lahir disebut juga neonatus merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterine.
b.    Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37 minggu - 42 minggu dan berat badannya 2.500-4000 gram. (dewi,2011; h.1)
c.    Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai apgar >7 dan tanpa cacat bawaan. ( Rukiyah, 2010; h.2)
d.  

10

8
Neonatus ialah bayi yang baru melahirkan proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauteri kekehidupan  ekstrauteri. Beralih dari kehidupan intra uteri ke kehidupan ekstra uteri.beralih dari ketergantungan mutlak pada ibu menuju kemandirian fisiologi. Tiga faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi dan proses vital neonatus yaitu maturasi, adaptasi dan toleransi. Selain itu pengaruh kehamilan dan proses persalinan mempunyai peranan penting dalam morbiditas dan mortalitas bayi. Empat aspek transisi pada bayi baru lahir yang paling dramatic dan cepat berlangsung adalah pada sistem pernafasan, sirkulasi, kemampuan menghasilkan sumber glukosa. ( Rukiyah, 2010; h. 2)
e.    Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500-4000 gram, cukup bulan, lahir menangis, dan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat. (www.slideshare.net/maristyapalupi/bayi-baru-lahir-normal-ppt)

2.    Ciri-ciri Bayi Normal

a.    Berat badan 2.500-4000 gram
b.    Panjang badan 48-52 cm
c.    Lingkar dada 30-38 cm
d.   Lingkar kepala 33-35 cm
e.    Bunyi jantung dalam  menit pertama kira-kira 180x/menit, kemudian menurun sampai 120-110 x/menit
f.     Pernafasan 40-60 x/menit
g.    Kulit kemerah-merahan dan licin karena  jaringan subcutan cukup terbentuk dan diliputi vernik caseosa
h.    Rambut kepala biasanya telah sempurna
i.      Kuku agak panjang atau melewati jari –jari
j.      Genetalia labia mayora sudah menutupi labia minora (pada anak   perempuan), testis sudah turun (pada anak laki-laki).
k.    Reflek hisap dan menelan baik
l.      Reflek suara sudah baik, bayi bila dikagetkan akan memperlihatkan gerakan memeluk.
m.  Reflek menggenggam sudah baik
n.    Eliminasi baik, urine dan meconium akan keluar 24 jam pertama, meconium berwarna hitam kecoklatan. (dewi,2011; h.2)

3.    Evaluasi Awal Bayi Baru lahir
Segera setelah lahir, letakan bayi diatas kain bersih dan kering yang disiapkan pada perut bawah ibu. Segera lakukan penilaian awal meliputi:
-       Apakah bayi menangis atau bernafas ?
-       Apakah tonus otot bayi baik ?
Jika bayi tidak menangis atau tidak bernafas atau megap-megap dan atau tonus otot tidak baik lakukan langkah resusitasi. (JNPK-KR,2008; h.124)

4.    Evaluasi Nilai Apgar
Evaluasi ini digunakan 5 menit pertama sampai 10 menit. Hasil pengamatan masing-masing aspek dituliskan dalam skala skor 0-2.
          Aspek-aspek yang termasuk APGAR dan harus dinilai dan dicatat ialah:
Table 2.1 APGAR SCORE
TANDA
SKOR
0
1
2
1. Appereance  (warna kulit)
Seluruh tubuh biru atau pucat
Tubuh merah ekstremitas biru
Seluruh tubuh kemerahan
2. Pulse (Bunyi jantung)
Tidak ada
< 100
> 100
3. Grimace (Refleks)
Tidak ada
Ekstremitas sedikit fleksi
Gerakan aktif
4. Activity  (Aktivitas)
Tidak ada
Sedikit gerak
Menangis kuat
5. Respiratory (Pernapasan)
Tidak ada
Lambat, tidak teratur
Menangis
(dewi,2011; h.2)
Interpretasi
a.    Nilai 1-3 asfiksia berat
b.    Nilai 4-6 asfiksia sedang
c.    Nilai 7-10 asfiksia ringan (normal)  

Tabel 2.2 Penaganan Bayi Baru Lahir Berdasarkan APGAR skor
Nilai APGAR lima menit pertama
Penanganan
0-3
-        Tempatkan ditempat hangat dan lampu sebagai sumber penghangat
-        Pemberian oksigen
-        Resusitasi
-        Stimulasi
-        Rujuk
4-6
-        tempatkan dalam tempat yang hangat
-        pemberian oksigen
-        stimulasi taktil
7-10
-        dilakukan penatalaksanaan sesuai dengan bayi lahir normal.
(sulistyawati dkk,2010; h.208-209)
5.    Tahapan pada bayi baru lahir
a.    Tahap I terjadi segera setelah lahir
Selama menit pertama kelahiran, pada tahap ini digunakan sistem scoring apgar untuk fisik dan scoring gray untuk interaksi bayi dan ibu.
b.    Tahap II disebut tahap transisional reaktivitas
Pada tahap ini dilakukan pengkajian selama 24 jam pertama terhadap adanya perubahan prilaku.
c.    Tahap III disebut tahap periodik.
Di tahap ini pengkajian dilakukan setelah 24 jam pertama yang meliputi pemeriksaan seluruh tubuh.
Dalam  merawat bayi kebutuhan yang harus dipenuhi antara  lain:
1)   Kebutuhan rasa hangat
2)   Makanan pokok yaitu ASI
3)   Cairan
4)   Istirahat dan tidur
5)   Udara yang bersih
6)   Latihan gerakan badan
7)   Kasih sayang ibu
8)   Perlindungan
9)   Kebersihan dan sterilisasi
Kebutuhan diatas bersifat terus menerus selama pertumbuhan dan perkembangan bayi. (dewi,2010; h.3)

6.    Pemantauan Bayi Baru Lahir

Pemantauan bayi baru lahir
Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktifitas bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan.
a.    Dua jam pertama sesudah lahir
Hal-hal yang dinilai waktu pemantauan bayi pada jam pertama sesudah lahir meliputi :
1)   Kemampuan menghisap kuat atau lemah
2)   Bayi nampak aktif atau lunglai,
3)   Bayi kemerahan atau biru.
(Prawirohardjo. 2006; h. 136)
Tabel 2.3 Yang Perlu Diperhatikan Pada Bayi Baru Lahir
Kesadaran dan reaksi terhadap sekeliling
Perlu dikenali kurangnya reaksi terhadap rayuan, ransangan sakit, atau suara keras yang mengejutkan atau suara mainan.
Keaktifan
Bayi normal melakukan gerakan-gerakan tangan dan kaki yang simetris pada waktu bangun. Adanya tremor pada bibir, kaki dan tangan pada waktu menangis adalah normal, tetapi apabila hal ini terjadi pada waktu tidur, kemungkinan gejala suatu kelainan yang perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Simetris
Apakah secara keseluruhan badan seimbang
Kepala
Apakah tidak simetris, berupa tumor lunak dibelakang atas yang menyebabkan kepala tampak lebih panjang, sebagai akibat proses kelahiran, ayau tumor lunak disebelah kiriatau kanan saja, atau disisi kiri atau kanan tetapi tidak melampaui garis tengah bujur kepala. Ukur lingkar kepala.
Muka wajah
Bayi tampa ekspresi
Mata
Diperhatikan adanya tanda-tanda perdarahan berupa bercak merah yang akan menghilang pada waktu 6 minggu
Mulut
Saliva tidak terdapat pada bayi lahir normal. Bila terdapat sekret yang terlalu berlebihan, kemungkinan ada kelainan bawaan saluran cerna.
Leher, dada, abdomen
Melihat adanya cedera akibat persalinan. Ukur lingkar perut
Bahu, tungkai, sendi tungkai
Perlu diperhatikan bentuk, geraknya, fraktur.
Kulit dan kuku
Dalam keadaan normal kulit berwarna kemerahan. Kadang-kadang di dapatkan kulit yang mengelupas ringan. Pengelupasan yang berlebihan harus dipikirkan kemungkinan adanya kelainan. Waspadai adanya kulit dengan warna yang tak rata (cutis mamorata) telapak tangan, telapak kaki, kuku yang menjadi biru, kulit menjadi pucat dan kuning. Bercak-bercak besar biru yang sering terdapat disekitar bokong (mongalian spot) akan menghilang pada umur 1-5 tahun.
Kelancaran menghisap dan pencernaan
Harus diperhatikan
Tinja dan kemih
Diharapkan keluar dalam 24 jam pertama. Waspada bila tiba-tiba terjadi perut yang membesar, tampa keluarnya tinja, disertai muntah, dan mungkin dengan kulit kebiruan, harap segera konsultasi untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Refleks
Refleks rooting, bayi menoleh kearah benda yang menyentuh pipi
Refleks suckling (refleks isap), terjadi apabila benda menyentuh bibir, yang disertai refleks menelan
Refleks mengeluarkan lidah, terjadi apabila diletakan benda di dalam mulut  yang sering ditafsirkan bayi menolak makanan/minuman.
Berat badan
Sebaiknya tiap hari dipantau. Penurunan berat badan lebih dari 5% berat badan waktu lahir, menunjukan kekurangan cairan.
(prawirohardjo,2006; h.137-138)



Pemantauan tanda-tanda vital pada bayi baru lahir
1)   Suhu tubuh bayi diukur melalui dubur dan ketiak
2)   Pada pernafasan normal, perut dan dada bergerak hampir bersamaan tampa adanya retraksi, tampa terdengar suara pada waktu inspirasi maupun ekspirasi. Gerak pernapasan 30-60 kali per menit.
3)   Nadi dapat dipantau disemua titik nadi perifer
4)   Tekanan darah dipantau hanya bila ada indikasi.
(prawirohardjo,2006; h. 138)

7.    Pemeriksaan Fisik Dan Sistem Penilaian Pada Bayi Baru Lahir

Pengkajian atau pemeriksaan fisik pada bayi dilakukan secara menyeluruh. Pengkajian fisik pada bayi baru lahir merupakan bagian dari prosedur perawatan bayi segera setelah lahir. Pengkajian ini bertujuan untuk mengkaji adaptasi bayi baru lahir dan untuk memastikan bayi dalam keadaan normal atau mengalami penyimpangan. (muslihatun,2010; h.28)
a.    Pengukuran
Pengukuran lingkar kepala, lingkar dada, panjang badan dan berat badan bayi.
1)   Lingkar kepala
Lingkar kepala diukur mulai dari bagian depan kepala (diatas alis/area frontal) dan area oksipital. Lingkar kepala normalnya 31-35,5 cm. Apabila lingkar kepala lebih kecil dari pada lingkar dada dicurigai adanya mikrosefalus. Jika lingkar kepala 4 cm lebih besar dari lingkar dada atau tetap menetap atau bertambah meningkat selama beberapa hari, maka harus dicurigai adanya hidrosefalus.
2)   Lingkar dada
Lingkar dada pada bayi cukup bulan normalnya 30,5-33 cm. Sekitar 2 cm lebih kecil daripada lingkar kepala. Pengukuran tepat dilakukan pada garis buah dada. Bila lingkar kepala <30 cm perlu dicurigai adanya prematur.
3)   Panjang badan
Panjang badan yang diukur dari puncak kepala sampai tumit, pada bayi cukup bulan normalnya adalah 48-53 cm. Bila panjang badan <45 cm atau >55 cm perlu dicermati adanya penyimpangan kromosom.
4)   Berat badan
Berat badan pada bayi cukup bulan normalnya 2500-4000 gram.
b.   Pengukuran tanda-tanda vital
1)   Suhu/temperatur
Sebaiknya mengukur temperatur melalui aksila, karena mengukur temperatur melalui rektum dapat menyebabkan perforasi pada mukosa. Temperatur normal adalah 36,5-37,5°C.
2)   Pernafasan
Pernafasan biasanya dimulai beberapa detik dari kelahiran, Pernafasan yang normal pada bayi baru lahir adalah berkisar 30-60 x/menit, pengukuran dilakukan selama 60 detik (1 menit). Pengukuran dilakukan dengan menghitung 60 detik penuh untuk mendeteksi ketidakteraturan dalam kecepatan. Kecepatan pernafasan dipengaruhi seperti menangis. Bila tidak terjadi pernafasan yang teratur menunjukan suatu kelainan yaitu asfiksia.
3)   Nadi
Denyut nadi normal pada bayi baru lahir adalah 120-160 x/menit. Pengukuran juga dilakukan dengan menghitung selama 60 detik.
c.    Kondisi Umum
Yang perlu diperhatikan dalam kondisi umum meliputi:
-     keadaan umum                 : kesadaran dan keaktifan
-     kulit                                  : pada bayi baru lahir kulit tampak berwarna
merah. Observasi warna kulit bayi dalam hubungannya dengan perubahan aktifitas, posisi dan temperatur. Pada umumnya bayi akan memerah jika dia menangis , penurunan temperatur dapat meningkatkan derajat sianosis karena vasokontriksi. (maryunani dkk,2008; h.74)
d.   Pemeriksaan bagiaan tubuh (pemeriksaan fisik)
1)   Kepala
Ubun-ubun besar, ubun-ubun kecil, sutura, moulase, caput succedaneum, cephal hematome, hidrosepalus.



Tabel 2.3 perbedaan antara caput succedenum dan cephal
 hematoma
Kaput succedenum
Sefalhematoma
-       Muncul pada saat lahir
-       Tidak bertambah besar
-       Hilang dalam beberapa hari
-       Batas tidak jelas
-       Kadang-kadang melewati sutura
-       Penyebab: bengkak melewati jaringan lunak
-       Komplikasi: tidak ada
-    Muncul beberapa jam setelah lahir
-    Lebih besar hari ke-2 atau ke-3
-    Hilang setelah 6 minggu
-    Batas tegas
-    Tidak pernah lewat sutura
-    Penyebab : perdarahan subperiosteal
-    Komplikasi: ikterus, fraktur, perdarahan intrakranial, syok.
(maryunani dkk,2008; h.83)
2)   Mata
Ukuran, bentuk (strabismus, pelebaran efikantus), kesimetrisan, bengkak pada kelopak mata, perdarahan subkonjungtiva.
3)   Telinga
Kesimetrisan letak dihubungkan dengan mata dan kepala serta adanya gangguan pendengaran
4)   Hidung
Bentuk hidung, pola pernafasan, kebersihan
5)   Mulut
Bentuk simetris/tidak, mukosa mulut kering/basah, lidah, palatum, bercak putih pada gusi, refleks menghisap, ada labio/palatoskisis
6)   Leher
Bentuk simetris/tidak, adakah pembengkakan dan benjolan, kelainan tiroid.
7)   Klavikula dan lengan tangan
Adakah fraktur klavikula, gerakan, jumlah jari.
8)   Dada
Bentuk dan kelaian bentuk dada, putting susu, gangguan pernafasan, auskultasi bunyi jantung,  dan pernafasan.
9)   Abdomen
Penonjolan sekitar tali pusat pada saat menangis, perdarahan tali pusat, dinding perut dan adanya benjolan, gastroskisis, omfalokel, bentuk simetris/tidak, palpasi hati, ginjal.
10)    Genetalia
Kelamin laki-laki: panjang penis, penis sudah turun dalam skorotum, urifisium uretra diujung penis (fimosis, hipospadia/epispadia). Kelamin perempuan: labia mayora, labia minora, orifisium vagina, orifisium uretra, sekret dan lain-lain.
11)    Tungkai dan kaki
Gerakan, bentuk simetris/tidak, jumlah jari (sindaktili, polidaktili)
12)    Anus
Berlubang/tidak, posisi, fungsi sfingter ani, adanya atresia ani.
13)    Punggung
Bayi tengkurap, raba kurvatura kolumna vertebralis, pembengkakan, spina bifida.
14)    Pemeriksaan kulit
Verniks caseosa, lanugo, warna, udema, bercak tanda lahir, memar.
(muslihatun,2010; h.53)
15)    Refleks
Refleks yaitu suatu gerakan yang terjadi secara otomatis dan spontan tampa disadari pada bayi normal. Beberapa refleks pada bayi baru lahir meliputi:
a)    Rooting refleks; yaitu reflek mencari putting susu.
b)   Suckling refleks; yaitu reflek menghisap areola putting susu tertekan dagu bayi, lidah dan langit-langit sehingga sinus laktiferus tertekan dan memancarkan ASI.
c)    Swallowing refleks; yaitu refleks menelan dimana ASI dimulut bayi mendesak otot di daerah mulut dan faring sehingga mengaktifkan refleks menelan dan mendorong ASI ke dalam lambung.
d)   Moro refleks; refleks yang timbul diluar kemauan? Kesadaran bayi.
e)    Grasping refleks; bila jari kita menyentuh telapak tangan bayi, maka jari-jarinya akan langsung menggenggam sangat kuat.
f)    Tonik neek refleks; yaitu gerakan spontan otot kuduk pada bayi normal.
g)   Stapping reflek; reflek kaki secara spontan apabila bayi diangkat tegak dan kakinya satu persatu disentuhkan pada satu dasar maka bayi seolah-olah berjalan.
h)   Startle reflek; reaksi emosional berupa hentakan dan gerakan seperti mengejang pada lengan dan tangan dan seiring diikuti dengan tangisan. (rukiyah dkk,2010; h.63)
i)     Babinsky reflek; gerakan jari sepanjang telapak kaki      (dewi,2011; h.26)
Tabel 2.4 refleks pada bayi baru lahir normal
Refleks
Cara meransang
Respon bayi
Menghisap dan membuka mulut
Sentuh bibir, pipi atau sudut mulut dengan putting
Bila menoleh kearah stimulus,membuka mulut, memasukan putting dan menghisap.
Menelan
Beri bayi minum
Otot-otot tenggorokan menutup trakea dan membuka esofagus ketika minuman berada dalam mulut.
Moro
Gendong bayi dalam posisi setengah duduk, biarkan kepala dan badan jatuh kebelakang dengan sudut 30° tempatkan bayi pada permukaan yang rata, hentakan permukaan untuk mengejutkan bayi.
Ransangan mendadak menyebabkan lengan terangkat keatas  dan kebawah, terkejut dan rileks dengan lambat.
Tonus leher
Putar kepala bayi dengan cepat kearah satu sisi pada saat bayi jatuh tertidur atau dalam keadaan tidur
Bila bayi menghadap kesisi kanan, lengan dan kaki pada sisi tersebut akan lurus sementara itu lengan dan tungkai akan berada dalam posisi tungkai
Menggenggam
Tempatkan jari pada telapak tangan bayi
Bayi menggenggam jari pemeriksa dengan cukup kuat sehingga dapat menyababkan tubuhnya terangkat
Mata berkedip
Sorotkan sebentar saja cahaya terang secara langsung kemata bayi
Bayi berkedip ditandai dengan kelopak mata bayi menutup dan membuka pada saat diransang dengan cahaya atau sentuhan
Bersin

Respon spontan pada saluran hidung terhadap iritasi atau obstruksi
Batuk

Iritasi pada membran mukosa laring atau cabang tracheobronchea menyebabkan batuk
Melangkah atau berjalan
Pegang jari secara vertikal biarkan salah satu kaki menyentuh  permukaan meja
Bayi akan melakukan gerakan seperti berjalan, kaki bergantian fleksi dan ekstensi.
Merangkak
Baringkan bayi dengan tengkurap
Bayi akan melakukan gerakan merangkak dengan menggunakan lengan dan tungkainya.
Babinsky
Menggoreskan telapak kaki dimulai dari tumit lalu sisi lateral kearah atas.
Gerakan jari sepan jang telapak kaki
(maryunani dkk,2008; h.107-108)

8.    Adaptasi Bayi Baru Lahir Terhadap Kehidupan Di Luar Uterus

a.    Perubahan Pernafasan
Berikut adalah tabel mengenai perkembangana sistem pulmonal sesuai dengan usia kehamilan.
Table 2.5 Perkembangan sistem pulmonal
Usia kehamialan
Perkembangan
24 hari
Bakal  paru-paru terbentuk
26-28 hari
Kedua bronkus terbentuk
6 minggu
Lobus ter diferensiasi
12 minggu
Lobus ter diferensiasi
24 minggu
Alveolus terbentuk
28 minggu
Surfaktan terbentuk
34-36 minggu
Struktur paru matang
Ketika struktur matang, ranting paru-paru sudah bisa mengembang sistem alveoli. Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta dan setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru bayi. (dewi,2011, h.12)
Saat kepala bayi melewati jalan lahir, ia akan mengalami penekanan yang tinggi pada toraksnya dan tekanan iniakan hilang dengan tiba-tibasetelah bayi lahir. Proses mekanis ini akan menyebabkan cairan yang ada di dalam paru-paru hilang karena terdorong kebagian perifer paru untuk kemudian diabsorpsi. Karena terstimulus oleh sensor kimia, suhu, serta mekanis  akhirnya bayi memulai aktivasi nafas untuk pertama kalinya.
Tekanan intratoraks yang negatif disertai dengan aktifasi nafas yang pertama memungkinkan adanya udara masuk kedalam paru-paru. Setelah beberapa kali nafas pertama, udara dari luar mulai mengisi jalan nafas pada trakea dan bronkus, akhirnya semua alveolus mengembang karena terisi udara. Fungsi alveolus dapat maksimal jika dalam paru-paru bayi terdapat surfaktan yang adekuat. Surfaktan membantu menstabilkan dinding alveolus sehingga alveolus tidak kolaps saat akhir napas.
Skema Permulaan Pernapasan Bayi Baru Lahir

Peristiwa mekanis (penekanan toraks pada kelahiran pervagina)

Rekoil dada

Stimulasi sensori, kimia, suhu ,mekanis

Cairan paru hilang

Aktifasi napas pertama

Peningkatan PO 2 alveoli

Tekanan intratoraks negatif

Masuknya udara

Permulaan berkurangnya tegangan pemukaan alveoli

Penurunan tekanan interstisial

Peningkatan volume pembuluh darah paru-paru

Pembukaan pembuluh darah paru

Peningkatan aliran pebuluh darah paru

Peningkatan oksigenasi yang adekuat
                                                                            
                                                                                                       +
                            
                                   










(sulistyawati dkk,2010; h.198) 
b.    Perubahan Sirkulasi
Aliran darah dari plasenta berhenti pada saat tali pusat diklem. Tindakan ini menyebabkan suplai oksigen ke plasenta menjadi tidak ada dan menyebabkan serangkaian reaksi selanjutnya.
Sirkulasi janin memiliki karakter ristik sirkulasi bertekanan rendah. Karena paru-paru adalah organ tertutup yang berisi cairan, maka paru-paru memerlukan aliran darah yang minimal. Sebagian besar darah janin yang teroksigenasi melalui paru-paru mengalir melalui lubang antara atium kanan dan kiri yang disebut dengan foramen ovale. Darah yang kaya akan oksigen ini kemudian secara istimewa mengalir ke otak melalui duktus arteriosus.
Karena tali pusat diklem sistem bertekanan rendah berada pada unit janin-plasenta terputus sehingga berubah menjadi sistem sirkulasi tertutup bertekanan tinggi dan berdiri sendiri. Efek yang terjadi segera setelah tali pusat diklem adalah peningkatan tahanan pembuluh darah sistemik. Hal yang paling penting adalah peningkatan tahanan pembuluh darah dan tarikan nafas pertamaterjadi secara bersamaan. Oksigen dari panas pertama tersebut menyebabkan sistem pembuluh darah paruberelaksasi dan terbuka sehingga paru-paru menjadi sistem bertekanan rendah.
Kombinasi tekanan meningkat dalam sirkulasi sistemik menurun dalam sirkulasi paru menyebabkan perubahan tekanan aliran darah dalam jantung. Tekanan akibat peningkatan aliran darah dalam jantung menyebabkan foramen ovale tertutup, duktus arteriosus yang mengalirkan darah teroksigenasi ke otak janin kini tak lagi diperlukan. Dalam 48 jam, duktus ini akan mengecil dan secara fungsional menutup akibat penurunan kadar prostaglandin E2 yang sebelumnya disuplai oleh plasenta. Darah teroksigenasi yang secara rutin mengalir melalui duktus arteriosus secara foramen ovale melengkapi perubahan medikal anatomi dan fisiologis jantung. Darah yang tidak kaya akan oksigen sepenuhnya di dalam paru, kemudian dipompakan ke seluruh bagian tubuh.
Dalam beberapa saat, perubahan tekanan yang luar biasa terjadi didalam jantung dan sirkulasi bayi baru lahir. (sulistyawati dkk,2010; h.199) 
c.    Perubahan metabolisme karbohidrat
Luas permukaan tubuh neonatus relatif lebih luas dari tubuh orang dewasa,  sehingga metabolisme basal per kg berat badan akan lebih besar. Oleh karena itulah, BBL harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru sehingga energi dapat diperoleh dari metabolisme karbohidrat dan lemak.
Pada jam-jam pertama kehidupan, energi didapatkan dari perubahan karbohidrat. Pada hari kedua, energi berasal dari pembakaran lemak. Setelah mendapat susu, sekitar di hari keenam energi didapat dari lemak dan karbohidrat yang masing-masing sebesar 60 dan 40%.
(dewi,2011; h.14)
d.   Perubahan suhu tubuh
Bayi baru lahir mempunyai kecenderungan untuk mengalami stress fisik akibat perubahan suhu diluar uterus. Fluktuasi (naik turunnya) suhu didalam uterus minimal, rentang maksimal hanya 0,6°C sangat berbeda dengan kondisi di luar uterus.
Tiga faktor yang paling berperan dalam kehilangan panas tubuh bayi.
1)   Luasnya permukaan suhu tubuh bayi
2)   Pusat  pengaturan suhu tubuh bayi yang belum berfungsi  secara sempurna.
3)   Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas.
Pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tubuh ini merupakan hasil penggunaan lemak coklat yang terdapat diseluruh tubuh, dan mereka mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100 %. Untuk membakar lemak coklat, seorang bayi menggunakan glukosa untuk mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak  coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh bayi baru lahir dan cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stess dingin. Semakin lama usia kehamilan, semakin banyak persediaan lemak coklat bayi. Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia, dan asidosis. Oleh karena itu, upaya pencegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama dan bidan wajib untuk meminimalkan kehilangan panas pada bayi baru lahir. Suhu tubuh normal pada neonatus adalah 36,5-37,5°C melalui pengukuran di aksila dan rektum, jika nilainya turun dibawah 36,5 °C maka bayi mengalami hipotermia.
Hipotermia dapat terjadi setiap saat apabila suhu di sekeliling bayi rendah dan upaya mempertahankan suhu tubuh tidak diterapkan secara tepat, terutama pada masa stabilisasi yaitu 6-12 jam pertama setelah lahir. Misalkan bayi baru lahir dibiarkan basah dan telanjang selama menuggu plasenta lahir meskipun lingkungan di sekitar bayi cukup hangat.
Gejala hipotermia meliputi:
1)   Sejalan dengan menurunnya suhu tubuh, maka bayi menjadi kurang aktif, letargi hipotonus, tidak kuat menghisap ASI, dan menangis lemah.
2)   Pernapasan megap-megap dan lambat serta denyut jantung menurun.
3)   Timbul sklerema, kulit mengeras berwarna kemerahan terutama di bagian punggung, tungkai, dan lengan.
4)   Muka bayi berwarna merah terang.
Hipotermia menyebabakan terjadinya perubahan metabolisme tubuh yang akan berakhir dengan kegagalan fungsi jantung, perdarahan terutama pada paru-paru, ikterus, dan kematian.
( Sulistyawati dkk,2010; h. 199)


Bayi baru lahir dapat mengalami kehilangan panas tubuh melalui 4 mekanisme berikut :
1)   Konduksi
Panas dihantarkan pada tubuh bayi kebenda sekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh bayi (pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek lain melalui kontak langsung). Contoh hilangnya panas tubuh bayi secara konduksi ialah menimbang bayi tampa alas timbangan, tangan penolong yang dingin memegang bayi baru lahir, menggunakan stetoskop dingin untuk pemeriksaan bayi baru lahir.
2)   Konveksi
Panas hilang dari tubuh bayi keudara sekitarnya yang sedang bergerak (jumlah panas yang hilang tergantung kepada kecepatan dan suhu udara). Contoh hilangnya panas tubuh bayi secara konveksi adalah membiarkan atau menempatkan bayi baru lahir dekat jendela, membiarkan bayi baru lahir di ruang yang terpasang kipas angin.
3)   Radiasi
Panas dipancarkan dari bayi baru lahir keluar tubuhnya keluar lingkungan yang lebih dingin ( pemindahan panas antara dua objek yang mempunyai suhu berbeda ). Contoh bayi mengalami kehilangan panas tubuh secara radiasi ialah bayi baru lahir adalah bayi baru lahir dibiarkan dalam ruangan denagn air conditioner (AC) tampa diberikan pemanas (radian warmer) bayi baru lahir dibiarkan dalam keadaan telanjang, bayi baru lahirkan ditidurkan berdekatan dengan ruang yang dingin, misalnya dekat tembok.
4)   Evaporasi
Panas hilang melalui proses penguapan tergantung kepada kecepatan dan kelembaban  udara (perpindahan panas dengan cara mengubah cairan menjadi uap). Evaporasi dipengaruhi oleh jumlah panas yang dipakai, tingkat kelembaban udara, aliran udara yang dilewati.
(muslihatun,2010; h.12-13)
 Gambar 2.1 mekanisme kehilangan panas pada bayi
 






Harus diingat bahwa bayi pada saat lahir mempunyai suhu 0,5-1ºC lebih tinggi dibanding suhu ibunya. Sayangnya tidak jarang bayi mengalami penurunan suhu tubuh menjadi 35-35,5ºC dalam 15-30 menit karena kecerobohan perawat di ruang bersalin. Sebagian besar penyulit pada neonatus, seperti distress pernapasan, hipoglikemi, dan gangguan pembekuan darah lebih sering terjadi dan lebih berat bila bayi mengalami hipotermia.
Masalah tersebut dapat dicegah dengan melakukan persiapan sebelum kelahiran dengan menutup semua pintu dan jendela dikamar bersalin dan mematikan AC yang langsung mengarah pada bayi. Suhu dikamar bersalin paling rendah 20ºC, dan harus lebih tinggi jika bayi prematur. Segera setelah bayi lahir, bayi dikeringkan dan kemudian diselimuti / dibungkus rapat dengan handuk hangat. Membiarkan bayi dalam keadaan telanjang seperti memandikan ataupun   saat melakukan kontak kulit ibu dengan bayi harus dilakukan dalam ruangan yang hangat (23-25ºC) atau dibawah pemanas radian / infant radiant warmer. (Prawirohardjo. 2006; h. 367)
Cegah kehilangan panas pada bayi dengan upaya antara lain:
1)   Keringkan bayi dengan seksama
Pastikan tubuh bayi dikeringkan segera setelah lahir untuk mencegah kehilangan panas yang disebabkan oleh evavorasi cairan ketuban pada tubuh bayi, keringkan bayi dengan handuk atau kain yang telah disiapkan diatas perut ibu. Mengeringkan dengan menyeka tubuh bayi juga merupakan ransangan taktil untuk memulai bayi memulai pernafasan.
2)   Selimuti bayi dengan kain yang bersih dan hangat
Segera setelah mengeringkan tubuh bayi dan memotong tali pusat ganti handuk dan kain yang dibasah oleh cairan ketuban dengan kain yang hangat kering dan bersih. Kain yang basah didekat tubuh bayi dapat menyerap panas tubuh bayi melalui proses radiasi.
3)   Selimuti bagian kepala bayi
Bagian kepala bayi ditutupi atau diselimutisetiap saat. Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yang relatif luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup.
4)   Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan mencegah kehilangan panas dan anjurkan ibu untuk menyusui bayinya segera setelah lahir.
5)   Cara menimbang dan memandikan bayi baru lahir
Karena bayi baru lahir cepat kehilangan panas tubuhnya (terutama jika tidak berpakaian), sebelum melakukan penimbangan selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering.berat badan bayi dapat dihitung dari selisih berat badan bayi saat berpakaian/ diselimuti dikurangi berat kain /selimut. Bayi sebaiknya dimandikan 6 jam setelah lahir. Memandikan bayi pada jam pertama setelah kelahiran dapat menyebabkan hipotermia.
6)   Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat
Idealnya bayi baru lahir ditempatkan ditempat tidur yang sama dengan ibunya ini adalah cara yang paling mudah untuk menjaga bayi tetap hangat. (sumarah dkk,2009; h.174)

Suhu yang hangat akan sangat membantu menstabilkan upaya bayi dalam bernafas.
Ketika melakukan perawatan pada bayi baru lahir, hindari prosedur yang sebernya tidak perlu dilakukan seperti:
1)   Menghisap lendir yang ada di saluran nafas bayi, padahal bayi sudah berhasil menangis dan melakukan nafas pertamanya
2)   Melakukan stimulasi taktil yang berlebihan misalnya menampar pipi bayi baru lahir
3)   Memandikan bayi segera setelah lahir
4)   Melakukan pemeriksaan fisik bayi dalam satu jam pertama kelahiran. Sebaiknya biarkan bayi diatas perut pasien untuk melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dan menstabilkan reaksi tubuhnya.
e.    Perubahan pada sistem imun
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi.
Sistem imun yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang di dapat.
Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang berfungsi mencegah atau meminimalkan infeksi. Berikut beberapa contoh kekebalan alami:
1)   Perlindungan dari membran mukosa
2)   Fungsi saringan saluran nafas
3)   Pembentukan koloni mikroba di kulit dan usus
4)   Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung
Bayi baru lahir dengan kekebalan pasif mengandung banyak virus dalam tubuh ibunya. Reaksi antibody keseluruhan terhadap antigen asing masih bisa dilakukan sampai awal kehidupannya. Salah satu tugas utama masa bayi dan balita adalah pembentukan sistem kekebalan tubuh. Karena adanya defisiensi kekebalan alami yang di dapat ini, bayi baru lahir ini sangat rentan terhadap infeksi. Reaksi bayi baru lahir terhadap infeksi masih lemah dan tidak memadai, oleh karena itu pencegahan terhadap mikroba dan deteksi dini serta pengobatan sangat penting.
(sulistyawati,2011; h.203)
f.     Perubahan sistem gastrointestinal
Sebelum lahir janin cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan. Reflek muntah dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk dengan baik pada saat lahir. Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna makanan (selain susu) masih terbatas, hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang mengakibatkan “gumoh” pada bayi baru lahir dan neonatus. Kapasitas lambung sendiri sangat terbatas yaitu kurang dari 30 cc untuk seorang bayi baru lahir cukup bulan dan kapasitas lambung ini akan bertambah secara lambat bersamaan dengan pertumbuhan.
Dengan adanya kapasitas lambung yang masih terbatas ini maka sangat penting bagi pasien untuk mengatur pola intake cairan pada bayi dengan frekuensi sedikit tapi sering, contohnya memberi ASI sesuai keinginan bayi. Usus bayi masih belum matang sehingga tidak mampu melindungi bayidari zat-zat berbahaya yang masuk kedalam saluran pencernaan. Disamping itu bayi baru lahir juga belum dapat mempertahankan air secara efisiensi dibanding dengan orang dewasa, sehingga kondisi ini dapat menyebabkan diare yang lebih serius pada bayi.
g.    Perubahan pada sistem ginjal
Ginjal bayi baru lahir menunjukan penurunan aliran darah ginjal dan penurunan kecepatan filtrasi glomerulus, kondisi ini mudah menyebabkan retensi cairan dan intoksinasi air. Fungsi tobulus tidak matur sehingga menyebabkan kehilangan natrium dalam jumlah besar dan ketidakseimbangan elektrolit lain.
Bayi baru lahir tidak dapat mengkonsentrasikan urine dengan baik, semua keterbatasan ginjal ini lebih buruk dari pada kurang bulan.
Bayi baru lahir mengekskresikan sedikit urine pada 48 jam pertama kehidupan yaitu hanya 30-60 ml. Normalnya dalam urine tidak terdapat protein atau darah. Adanya massa abdomen yang ditemukan pada pemeriksaan fisik seringkali adalah ginjal dan dapat mencerminkan adanya tumor, pembesaran, penyimpangan di dalam ginjal.

9.    Perawatan Bayi Baru Lahir

a.    Pemberian ASI
Air susu ibu merupakan makanan yang terbaik bagi bayi. ASI diketahui mengandung zat gizi yang paling sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi, baik kualitas dan kuantitasnya. Berikan ASI sesering mungkin sesuai dengan kebutuhan bayi tampa jadwal (on demamd). Berikan ASI saja (ASI eksklusif) sampai bayi berusia 6 bulan.
b.    Perawatan tali pusat
Banyak pendapat tentang cara terbaik dalam merawat tali pusat. Telah dilaksanakan beberapa uji klinis untuk membendingkan cara perawatan tali pusat agar tidak terjadi peningkatan infeksi, yaitu dengan membiarkan luka tali pusat terbuka dan membersihkan luka hanya dengan membiarkan luka tali pusat terbuka dan membersihkan luka hanya dengan air bersih. Negara-negara yang beriklim tropis perlu mewaspadai penggunaan alkohaol yang dahulu populer dan terbukti efektif untuk membersihkan tali pusat, karena sesungguhnya alkohol akan mudah menguap di daerah panas dan dengan demikian efektifnya akan menurun.
Begitu dengan bedak antiseptik yang juga dapat kehilangan efektifitasnya terutama dalam kelembaban tinggi (bila tidak di jaga), sehingga penggunaan bahan tersebut dapat mengakibatkan peningkatan infeksi, kecuali bila obat tersebut dapat dijaga tetap kering dan dingin.
Oleh karena itu tidak ada bukti kuat akan efektifnya penggunaan alkohal tersebut, disamping itu juga karena harganya yang mahal serta sulit untuk mendapat bahan yang berkualitas, maka untuk sementara ibu nifas dianjurkan untuk membiarkan saja luka tali pusat bayinya mengering sendiri. Hasil penelitian tersebut diatas menunjukan bahwa dengan membiarkan tali pusat mengering, tidak ditutup dan hanya dibersihkan setiap hari dengan air bersih merupakan cara yang paling efektif  dan dengan biaya yang efisien pua untuk perawatan tali pusat.
Bidan hendaknya menasehati ibu agar tidak membubuhkan apapun pada daerah sekitar tali pusat karena dapat mengakibatkan infeksi. Hal ini diakibatkan karena meningkatkan kelembaban  (akibat penyerapan olah bahan tersebut) badan bayi sehuingga menciptakan kondisi yang ideal bagi tumbuhnya bakteri. (dewi,2011; h.27-30)
c.    Memandikan Bayi
Memandikan bayi merupakan hal yang sering dilakukan, tetapi masih banyak kebiasaan yang salah dalam memandikan bayi, seperti memandikan bayi segera setelah lahir. Saat mandi bayi berada dalam keadaan telanjang sehingga mudah kehilangan panas. Karena itu harus dilakukan upaya untuk mengurangi terjadinya kehilangan panas.
Urutan memandikan bayi yang benar dimulai dari membersihkan wajah, mata, lubang hidung dibersihkan perlahan, kemudian bersihkan bagian luar teling. Kemudian bersihkan wajah bayi dengan waslap. Setelah wajah dibersihkan bukalah baju bayi lalu bersihkan kelamin dan bokong bayi. Usap seluruh tubuh dan lipatan tubuh bayi dengan waslap dan diberi sabun khusus bayi.setelah selesai bayi dapat dimasukan ke bak air hangat. Tangan kiri ibu menyangga kepala dan memegang erat ketiak bayi sedangkan tangan ibu membersihkan sabun ditubuh bayi. Untuk membersihkan punggung bayi, balikan badan bayi perlahan  dengan tangan kanan ibu sedangkan tangan kiri ibu tetap menopang badan bayi dan memegang erat ketiaknya. Pencucian rambut dilakukan hanya apabila rambut kotor atau ada kerak pada kulit kepala bayi dengan mengoleskan beberapa tetes baby oil  atau sampo bayi di kulit kepala lalu disisir dengan sisir rambut halus untuk memudahkan lepasnya kerak di kulit kepala bayi, selanjutnya usap rambut dan kepala bayi dengan waslap yang direndam air hangat, sampai bersih. Segera bungkus bayi dengan handuk kering dan letakan diatas handuk kering.
(prawirohardjo,2010; h.372-373)
d.   Menjemur bayi
Sinar matahari pagi amat berguna terutama bagi bayi yang baru lahir, karena kandungan vitamin D nya yang tinggi. Vitamin D ini berguna untuk kesehatan tulang dan kalsium dalam darah. karena fungsinya yang penting ini, maka disarankan bagi para orangtua untuk rajin menjemur anaknya setiap pagi.
Jemurlah bayi pagi hari antara jam 07.00 – 08.00, jangan lupa siapkan penutup mata bayi,untuk melindungi mata bayi dari sinar matahari langsung. Jemurlah bayi kurang lebih 15 menit dengan posisi telentang dan tengkurap. Pada bayi yang baru lahir, khususnya bayi yang kuning, aktivitas penjemuran ini dapat membantu menurunkan kadar bilirubin. Jika cuaca sedang tidak mendukung (mendung atau berangin) , kita tidak perlu memaksakan untuk menjemur si kecil, karena terkena angin terlalu banyak justru akan membuat si kecil menjadi kembung. Setelah dijemur jangan langsung dimandikan, tunggulah kurang lebih 15 menit agar suhu tubuh si kecil kembali normal. Dampingi selalu si kecil pada saat dijemur dan jangan ditinggal.(http://www.infoanak.com/tag/cara-menjemur-bayi/)

10.     IMD ( Inisiasi Menyusui Dini)

Protocol evidence based yang baru telah diperbaharui oleh WHO dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir untuk menyatakan satu jam pertama menyatakan bahwa: bayi harus mendapat kontak kulit ke kulit dengan ibunya segera setelah lahir selama paling sedikit satu jam. Bayi harus dibiarkan untuk melakukan inisiasi menyusu dini dan ibunya dapat mengenali bahwa bayinya siap menyusu serta memberikan bantuan jika diperlukan. Menunda semuwa prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada bayi baru lahir sampai dengan IMD selesai.
Inisiasi menyusu dini atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini ini dinamakan the best crawl atau merangkak mencari payudara.
(ambarwati dkk,2010; h.36-37)

Tatalaksana Inisiasi Menyusui Dini yaitu:

a.    Anjurkan suami atau keluarga mendampingi saat melahirkan
b.    Hindari penggunaan obat kimiawi dalam proses persalinan
c.    Segera keringkan bayi tanpa menghilangkan lapisa lemak putih (verniks)
d.    Dalam keadaan ibu dan bayi tidak memakai baju, tengkurapkan bayi di dada ibu, luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada ibu, kepala bayi harus berada diantara dada ibu agar terjadi sentuhan kulit ibu dan bayi kemudian selimuti kedua agar tidak kedinginan. Tutp tubuh bayi dari kepala dengan kain yang kering dan bersih.
e.    Anjurkan ibu memberi sentuhan kepada bayi untuk merangsang bayi mendekati putting.
f.     Biarkan bayi bergerak sendiri mencari putting susu ibu.
g.    Biarkan kulit bayi bersentuhan langsung dengan kulit ibu selama minimal satu jam walaupun proses menyusui telah terjadi. Bila belum terjadi proses menyusui hingga 1 jam biarkan bayi berada di dada ibu sampai proses menyusui pertama kali selesai.
h.    Tunda tindakan lain seperti menimbang, mengukur, dan memberikan suntikan Vitamin K sampai menyusui pertama kali
i.      Proses menyusui dini dan kontak kulit ibu dan bayi harus di upayakan meskipun ibu melahirkan dengan cara operasi atau tindakan lain, kecuali ada indikasi  medis yang jelas.
( Rukiyah,2010; h. 9)
Kontak kulit ke kulit dini antara ibu dan bayi ini sangat penting untuk bebrapa alasan yaitu:
a.    Kehangatan dada ibu dapat menghangatkan bayi, sehingga apabila bayi diletakan diperut dan dada ibunya segera setelah lahir dapat menurunksn resiko hipotermia dan menurunkan kematian akibat kedinginan.
b.    Saat bayi diletakan di dada ibu, bayi akan merasakan getaran cinta yaitu merasakan ketenangan, merasa dilindungi dan kuat secara psikis. Bayi akan lebih tenang dan mengurangi stres maka pernafasan dan detak jantungnyapun akan lebih stabil.
c.    Secara fisiologis skin to skin contact meransang ibu dan bayi untuk kenal satu sama lain
d.   Setelah lahir, bayi kulitnya menjadi tempat bakterial berkoloni, hal ini menguntungkan karena bakteri tersebut masuk kedalam masuk kedalam kulit ibu bayi yang tidak berbahaya sehingga kulit bayi tidak berkolonisasi oleh bakteri pemberi perawatan atau dari rumah sakit.
e.    Dengan mengupayakan bayi menyusu secara dini, bayi akan mendapatkan kolostrum yaitu berupa cairan emas yang kaya akan antibody dan sangat penting untuk pertumbuhan usus dan ketahanan terhadap infeksi yang sangat dibutuhkan bayi untuk kelangsungan hidupnya.
f.     Bayi yang diberikan kesempatan menyusu dini sedini mungkin akan mempunyai kesempatan lebih berhasil menyusu eksklusif
g.    Kemudian sentuhan, hisapan dan jilatan bayi pada putting susu akan meransang oksitosin yang penting agar:
1)   Menyebabkan rahim berkontraksi yang membantu uterus berkontraksi dan mengurangi perdarahan
2)   Meransang pengaliran ASI dari payudara ke ibu
(maryunani dkk,2008; h. 149-151)


Keuntungan inisiasi menyusu dini
a.    Bagi bayi
1)   Makanan dengan kualitas dan kuantitas yang optimal agar kolostrum segera keluar yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi
2)   Memberikan kesehatan bayi dengan kekebalan pasif yang segera kepada bayi. Kolostrum adalah imunisasi pertama pada bayi
3)   Meningkatkan kecerdasan
4)   Membantu bayi mengkoordinasikan isap, telan dan nafas
5)   Meningkatkan jalinan kasih sayang antara ibu dan bayi
6)   Mencegah kehilangan panas
7)   Meransang kolostrum segera keluar
b.    Bagi ibu
1)        Meransang produksi oksitosin dan prolaktin
2)        Meningkatkan produksi ASI
3)        Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi
(ambarwati dkk,2010; h.36-37)
Manfaat IMD bagi bayi adalah membantu stabilisasi pernafasan, mengendalikan suhu tubuh bayi lebih baik dibandingkan dengan inkubator, menjaga kolonisasi kuman yang untuk bayi dan mencegah infeksi nosokomial. Kadar bilirubun bayi juga lebih cepat normal karena pengeluaran mekonium lebih cepat sehingga dapat menurunkan insiden ikterus bayi baru lahir. Kontak kulit dengan kulit juga membuat bayi lebih tenang sehingga didapat pola tidur yang lebih baik. Dengan demikian, berat badan bayi lebih cepat meningkat dan lebih cepat keluar dari rumah sakit. Bagi ibu IMD dapat  mengoptimalkan pengeluaran hormon oksitosin, prolaktin, dan secara psikologis dapat menguatkan ikatan batin antara ibu dan bayi. (Prawirohardjo. 2011; h. 369)

11.     Masalah Pada Bayi Baru Lahir

a.    Masalah yang perlu tindakan segera dalam 1 jam

1)   Tidak bernapas/ sulit bernapas

Penanganan umum yang bias diberikan adalah :
a)    Keringkan bayi atau ganti kain yang basah  dan bungkus dengan pakaian hangat dan kering.
b)   Segera klem dan potong tali pusat.
c)    Letakkan bayi pada tempat yang keras dan hangat.
d)   Lakukan pedoman pencegahan infeksi dalam setiap melakukan tindakan.
e)    Lakukan resusitasi bila terdeteksi adanya kegagalan napas setelah bayi lahir.
f)    Jika resusitasi tidak berhasil, maka berikan ventilasi.
2)   Sianosis / kebiruan dan sukar bernapas
Jika bayi mengalami sianosis (kebiruan ), sukar bernapas (frekuensi < 30 atau > 60 x/ menit), ada tarikan dinding dada ke dalam, atau merintih, maka lakukan hal berikut :
a)    Isap mulut dan hidung untuk memastikan jalan napas tidak tersumbat.
b)   Berikan oksigen 0,5 liter/ menit.
c)    Rujuk ke kamar bayi atau tempat pelayanan yang men- support kondisi bayi.
d)   Tetap menjaga kehangatan bayi.
3)   Bayi berat lahir rendah ( BBLR) < 2500 gram.
Ada dua macam BBLR, yang pertama bayi lahir kecil akibat kurang bulan. Dan yang kedua adalah bayi lahir kecil dengan BB yang seharusnya untuk masa gestasi (dismatur)
a)    Bayi lahir kecil akibat kurang bulan (premature)
(1)     Masa gestasi < 37 minggu
(2)     Factor penyebabnya adalah sebagai berikut:
(a)      Ibu mengalami perdarahan antepartum, trauma fisik/psikologis, dan DM, atau usia ibu masih terlalu muda (< 20 tahun) dan multigravida dengan jarak kehamilan yang dekat.
(b)     Keadaan social ekonomi rendah
(c)      Kehamilan ganda atau hidramnion.
(3)     Ciri-ciri bayi premature adalah sebagai berikut :
(a) Berat kurang < 2500 gram
(b) Lingkar dada < 30 cm
(c) Panjang badan < 45 cm
(d)Lingkar kepala < 33 cm.
(e) Kepala lebih besar dari badannya.
(f)  Kulitnya tipis transparan dan banyak lanugo.
(g) Lemak subkutan minimal.
4)   Bayi lahir kecil dengan berat badan yang seharusnya untuk masa gestasi (dismatur). Kondisi ini dapat terjadi preterm, aterm, maupun postmatur. Bayi lahir dengan berat sangat kecil (BB< 1.500 gram atau usia < 32 minggu) sering   masalah berat seperti :
a)    Sukar bernapas;
b)   Sukar minum( menghisap);
c)    Ikterus berat;
d)   Infeksi berat;
e)    Rentan hipotermi;
f)    Segera rujuk jika bayi mengalami kondisi-kondisi tersebut.
5)   Letargi
     Tonus otot rendah dan tidak ada gerakan sehingga sangat mungkin bayi sedang sakit berat. Jika ditemukan kondisi demikian, maka segera rujuk.
6)   Hipotermi ( suhu < 36 ˚C )
     Bayi mengalami hipotermi barat jika suhu aksila < 35 ˚C. untuk mengatasi kondisi tersebut, lakukan hal berikut :
a)    Gunakan  alat yang ada incubator, radian heater, kamar hangat, atau tempat tidur hangat.
b)   Rujuk ke pelayanan kesehatan yang memiliki Neonatal Intensif Care Unit ( NICU )
c)    Jika bayi sianosis, sukar bernapas, atau ada tarikan dinding dada dan merintih, segera berikan oksigen.
7)   Kejang
Kejang pada neonatus di definisikan sebagai suatu gangguan terhadap neurologi seperti tingkah laku, motorik, atau fungsi otonom.
Kebanyakan kejang pada bayi baru lahir timbul beberapa hari, sebagian kecil dari bayi tersebut akan mengalami kejang lanjutan dalam kehidupannya kelak.
8)   Diare
     Bayi dikatakan mengalami diare jika terjadi pengeluaran feses yang tidak normal, baik dalam jumlah maupun bentuk ( frekuensi lebih dari normal dan bentuknya cair). Bayi dikatakan diare bila sudah lebih dari 3 kali buang air besar, sedangkan neonatus dikatakan diare bila sudah lebih dari 4 kali buang air besar.
9)   Obstipasi
Obsipasi adalah penimbunan feses yang keras akibat adanya penyakit atau adanya obstruksi pada saluran cerna, atau bias didefinisikan sebagai tidak adanya pengeluaran feses selama 3 hari atau lebih. Lebih dari 90 % bayi baru lahir akan mengeluarkan mekonium dalam 24 jam pertama, sedangkan sisanya akan mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama kelahiran. Jika hal ini tidak terjadi maka harus dipikirkan adanya obstipasi. Namun, harus di ingat bahwa ketidakteraturan defekasi bukanlah suatu obstipasi pada bayi yang menyusu, karena pada bayi bayi yang mengkonsumsi ASI umumnya sering tidak mengalami defekasi selama 5-7 hari dan kondisi tersebut tidak menunjukkan adanya gangguan karena nantinya bayi akan mengeluarkan feses dalam jumlah yang banyak sewaktu defekasi. Seiring dengan bertambahnya usia dan variasi dalam dietnya, lambat laun defekasi akan menjadi lebih jarang dan feses yang dikeluarkan menjadi lebih keras.
10)    Infeksi
     Infeksi perinatal adalah infeksi pada neonates yang terjadi pada masa antenatal, intranatal, dan postnatal.
11)    Sindrom kematian bayi mendadak (Sudden Infant Death Syndrome/ SIDS). Sudden Infant Death Syndrome/ SIDS terjadi pada bayi sehat secara mendadak, ketika sedang ditidurkan tiba-tiba ditemukan meninggal beberapa jam kemudian. Angka kejadian SIDS sekitar 4 dari 1.000 kelahiran hidup. Insiden puncak dari SIDS terjadi pada bayi usia 2 minggu dan 1 tahun. (dewi,2010; h. 6-8)

12.     Penatalaksanaan Pada Bayi Baru Lahir

b.    Membersihkan jalan nafas dan sekaligus menilai APGAR Score menit pertama dengan cara menghisap lendir bayi dari mulut dan hidung dengan memutar, jangan lakukan terus menerus tetapi beri kesempatan pada bayi untuk  bernafas, lakukan penghisapan hingga bayi menangis keras.
c.    Memperhatikan suhu tubuh bayi dengan dibungkus kain hangat dan tidak memandikan  bayi terlebih dahulu.
Mengeringkan tubuh bayi segera setelah lahir, kondisi bayi lahir dengan tubuh basah karena air ketuban atau aliran melalui jendela/pintu yang terbuka akan mempercepat terjadinya penguapan yang akan mengakibatkan bayi akan lebih cepat kehilangan suhu tubuh. Hal ini akan mengakibatkan serangan dingin yang merupakan gejala awal hipotermia. Bayi kedinginan biasanya tidak memperlihatkan gejala mengggigil oleh karena kontrol suhunya belum sempurna.
Untuk mencegah terjadinya hipotermia, bayi yang baru lahir harus segara dikeringkan dan bungkus dengan kain kering kemudian diletakkan telungkup di atas dada ibu untuk mendapatkan kehangatan dari dekapan ibu.
Menunda memandikan BBL sampai tubuh bayi stabil. Pada BBL cukup bulan dengan berat badan lebih dari 2500 dan menangis kuat bisa di mandikan + 24 jam setelah kelahiran dengan tetap menggunakan air hangat pada BBL yang beresiko dengan berat badan badan kurang dari 2500 gram atau keadaan bayi sangat lemah sebaiknya jangan dimandikan sampai suhu tubuh stabil dan mampu menghisap ASI dengan baik. (dewi,2010; h. 3-4)
d.   Melakukan  dengan teknik skin to skin dengan cara Dalam keadaan ibu dan bayi tidak memakai baju, tengkurapkan bayi di dada  ibu, luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada ibu, kepala bayi harus berada diantara payudara ibu  agar terjadi sentuhan kulit ibu dan bayi kemudian selimuti kedua agar tidak kedinginan agar terjalin hubungan antara ibu dan bayi, bayi tidak hipotermi, membantu bayi agar lebih peka pada putting susu ibu serta memberi kehangatan pada bayi. Tutup tubuh bayi dari kepala dengan kain bersih dan kering.
e.    Melakukan pengukuran antopometri meliputi menimbang berat badan, panjang badan, lingkar kepala, lingkar dada, dan lingkar lengan atas kemudian dilanjutkan dengan melakukan pemeriksaan fisik pada bayi yang dilakukan secara menyeluruh. Pengkajian ini bertujuan untuk mengkaji adaptasi bayi baru lahir dan untuk memastikan bayi dalam keadaan normal atau mengalami penyimpangan. Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah dimulai dari
Kepala, mata, telinga, hidung, mulut, leher, dada, abdomen, genetalia, anus, dan ekstremitas. (muslihatun,2010; h.28)
f.     Memberikan obat mata untuk  mencegah terjadinya infeksi pada mata dengan menggunakan salep eritromisan 0,5% atau tetrasiklin 1% untuk  pencegahan penyakit mata karena  klamedia (penyakit menular sexual).
Cara pemberian salep mata:
1)   Jelaskan kepada keluarga apa yang akan dilakukan dan tujuan pemberian obat tersebut
2)   Cuci tangan (gunakan sabun dan air bersih mengalir)
3)   Berikan salep dalam satu garis lurus pada kedua mata
4)   Ujung tabung salep mata tidak boleh menyentuh mata bayi
5)   Jangan menghapus salep dari mata bayi dan anjurkan keluarga untuk tidak menghapus salep mata tersebut. (JNPK-KR,2008)
g.    Memberikan injeksi Vit.K
     Semua bayi baru lahir harus di beri Vit K injiksi 1 mg intramuskuler di paha kiri segera mungkin untuk mencegah perdarahan pada bayi baru lahir akibat defisiensi Vit K yang dapat di alamioleh sebagian bayi baru lahir. (Rukiyah. 2010; h. 14)
     Di indonesia 67% dari angka kematian biayi merupakan kematian neonatus di mana salah satu penyebab adalah perdarahan akibat defisiensi vitamin K. (Prawirohardjo,2011; h.371)
h.    Mendekatkan bayi ke ibu dan menetekkan segera setelah lahir
Rangsangan isapan bayi pada putting akan di teruskan oleh serabut saraf ke hipofisis anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin. Di mana hormon inilah yang akan memacu payudara untuk menghasilkan ASI. Pada hari hari pertama kelahiran bayi, apabila penghisapan putting susu cukup adekuat maka kan di hasilkan secara bertahap menghasilkan 10-100cc ASI. Produksi ASI akan optimal setelah hari 10-14 usia bayi. Bayi sehat akan mengkonsumsi ASI 700-800 cc ASI per hari ( kisaran 600-1000 cc) untuk tumbuh kembang bayi. Produksi ASI mulai menurun (500-700 cc) setelah 6 bulan pertama dan menjadi 400-600 cc pada 6 bulan kedua. Produksi ASI akan menjadi 300-500 cc pada tahun kedua usia anak. Reflek laktasi yang terdapat pada bayi baru lahir  seperti ; reflek mencari, reflek menghisap, dan reflek menelan.
Keuntungan pemberian ASI diantaranya adalah adanya keterikatan emosional ibu dan bayi, sebagai kekebalan pasti untuk bayi, dan merangsang kontraksi uterus. Pada saat mulai pemberian ASI anjurkan ibu memeluk dan menyusui bayinya setelah tali pusat diklem dan dipotong, sehingga dapat merangsang produksi ASI, memperkuat reflek menghisap bayi. Pedoman pemberian ASI antara lain: menyusui setelah lahir, jangan berikan makanan atau minuman lain selain ASI kecuali ada alasan medis, menyusui bayi dengan posisi yang benar dan melakukan perawatan payudara.(Rukiyah. 2010; h.13)
               i.          Memberikan bayi imunisasi Hb0. Imunisasi hepatitis B bermamfaat untuk mencegah infeksi hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi. Imunisasi hepatitis B pertama diberikan satu jam setelahpemberian Vitamin K, pada saat bayi berumur 2 jam.
(JNPK-KR,2008; h.137)
13.     Mendeteksi Tanda-Tanda Bahaya Pada Bayi
Jika menemukan kondisi ini harus segera dilakukan pertolongan dan orang tua harus mengetahuinya seperti:
a.    Pernafasan sulit atau lebih dari 60 kali/menit
b.    Terlalu hangat (>38°C)
c.    Kulit bayi kering terutama dalam 24 jam pertama, biru pucat dan memar
d.   Hisapan saat menyusui lemah, seringn muntah, mengantuk berlebihan
e.    Tali  pusat merah, bengkak, berbau busuk dan berdarah
f.     Tanda-tanda infeksi seperti merah,panas, bengkak, bau busuk
g.    Tidak BAB dalam 3 hari, tidak BAK selama 24 jam, tinja lembek, encer, ada lendir atau darah
h.    Menggigil, rewel, lemas, mengantuk, kejang, tidak bisa tenang, menangis terus menerus.
(rukiyah dkk,2010; h.73)
14.     Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak terpajanpada penyakit tersebut ia tidak menjadi sakit. (ranuh,dkk,2011; h.48-49)
15.     Tujuan Imunisasi
Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang, dan menghilangkan penyakit tersebut pada sekelompok masyarakat (populasi), atau bahkan menghilangkannya dari dunia seperti yang kita lihat pada keberhasilan imunisasi cacar variola. (ranuh,dkk,2011; h.48-49)
Tabel 2.6 jadwal imunisasi dasar pada anak
Umur
Vaksin
Keterangan

Hepatitis B – 1
HB – 1 diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir dilanjutkan pada umur 1 bulan. Apabila status HbsAg-B positif dalam wakru 12 jam terakhir diberikan HB 0,5 bersamaan dengan vaksin HB-1. Apabila semula HbsAg tidak diketahui dan ternyata dalam perjalanan selanjutnya diketahui bahwa ibu HbsAg positif maka masih dapat diberikan Hblg 0,5 ml sebelum bayi berumur 7 hari.
Saat lahir
Polio -0
Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama untuk bayi yang lahir di RS/RB polio oral diberikan saat bayi dipulangkan (untuk menghindari transmisi virus vaksin lain kepada bayi lain.
1 bulan
Hepatitis B-2
Hb-2 diberikan pada bayi berumur 2 bulan interval HB-1 dan HB-2 adalah 1 bulan
0-2 bulan
BCG
BCG dapat diberikan sejak lahir. Apabila bayi akan diberikan pada umur >3 bulan sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu dan BCG diberikan kalau uji tuberkulin negatif.
Vaksin BCG ulangan tidak dianjurkan karena mamfaatnya diragukan.

DPT-1
DPT-1 diberikan pada umur lebih dari 6 minggu dengan interval 4-6 minggu
2 bulan
Polio-1
Polio-1 dapat diberikan bersamaan dengan DPT-1
Interval pemberian polio 2,3 dan 4 tidak kurang dari 4 minggu.
Vaksin volio ulangan diberikan 1 tahun sejak imunisasi polio 4 selanjutnya umur 5-6 tahun.
4 bulan
DPT-2
DPT-2 dapat diberikan secara terpisah atau dikombinasikan dengan Hib-2.

Polio-2
Polio-2 diberikan bersamaan dengan DPT-2.

DPT-3
DPT-3 dapat diberikan secara terpisah atau dikombinasikan dengan Hib-3
6 bulan
Polio-3
Polio 3 dapat diberikan bersamaan dengan DPT-3

Hepatitis B-3
HB-3 diberikan umur 6 bulan untuk mendapatkan respon imun optimal interval Hb2 dan Hb3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan.
9 bulan
Campak
Campak diberikan pada bayi usia 9 bulan.
(rukiyah dkk,2019; h.83-84)
a.    Vaksin BCG (Bacille Calmette-Guerin)
Tuberkulosis disebabkan oleh mycobacterium tuberkulosis dan mycobacterium bovis. Tuberkulosis paling sering menyerang paru-paru, tetapi dapat pula menyerang organ-organ lainnya seperti selaput otak tulang dan lain-lain.
Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari mycobakterium bovis yang dilemahkan. Di indonesia vaksin BCG yang dipakai adalah vaksin BCG yang diproduksi oleh biovarma bandung. Vaksin BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi tuberkulosis berat, seperti meningitis tuberkulosis berat. (dewi,2011; h.130)
Vaksin BCG optimal diberikan pada umur <2 bulan. Dosisi pemberian 0,05 ml untuk bayi kurang dari satu tahun, dan 0,1 ml untuk anak > 1 tahun. Vaksin BCG diberikan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas pada insersio M.deltoideus sesuai anjuran WHO tidak ditempat lain (misalnya bokong,paha). Hal ini mengingat penyuntikan intradermal di daerah deltoid lebih mudah dilakukan (jaringan lemak subkutis tipis), ulkus yang terbentuk tidak mengganggu struktur otot setempat (dibanding pemberian didaerah gluteal lateral atau paha anterior) dan sebagai tanda baku untuk keperluan diagnosis apabila diperlukan.
Vaksin BCG tidak dapat mencegah infeksi tuberkulosis, namun dapat mencegah komplikasinya. Para pakar menyatakan bahwa:
1)   Efektifitas vaksin untuk perlindungan penyakit hanya 40%
2)   Sekitar 70%  kasus TB berat (meningitis) ternyata mempunyai parut BCG
3)   Kasusu dewasa dengan BTA (bakteri tahan asam) positif di indonesia cukup tinggi (25% - 36%) walaupun mereka pernah mendapat BCG pada masa kanak-kanak. (ranuh,dkk,2011; h.48-49)
b.   Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
KIPI pada imunisasi BCG yakni ulkus lokal superfisial 3 minggu setelah penyuntikan, ulkus yang biasanya tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulut dengan diameter 4-8 mm. Apabila dosis terlalu tinggi, maka ulkus yang timbul lebih besar, namun apabila penyuntikan terlalu dalam , maka parut akan tertarik ke dalam (retracted).
(muslihatun,2010; h.220)
c.    Kontra indikasi pemberian imunisasi BCG
1)   Reaksi uji tuberkulin > 5 mm
2)   Terinveksi terhadap HIV atau dengan resiko HIV, pengobatan kortiko steroid, sedang mengalami terapi radiasi, menderita penyakit keganasan sum-sum tulang belakang.
3)   Anak menderita gizi buruk
4)   Anak menderita demam tinggi
5)   Anak menderita infeksi kulit yang luas
6)   Anak pernah menderita tuberkulosis
(dewi,2011; h.131)
Vaksin BCG ulangan tidak dianjurkan karena mamfaatnya diragukan, mengingat hal berikut. Apabila BCG diberikan setelah umur 3 bulan perlu dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu. Vaksin BCG diberikan bila uji tuberkulin negatif. Apabila uji tuberkulin tidak memungkinkan BCG dapat diberikan namun perlu diobservasi dalam waktu 7 hari. Apabila terdapat reaksi lokal cepat di tempat suntikan, perlu tindakan lebih lanjut (tanda diagnostik tuberkulosis). (ranuh,dkk,2011; h.48-49)
d.   Polio
Terdapat 2 kemasan polio yang berisi virus polio, yaitu:
1)   OPV (oral polio vaccine), hidup dilemahkan,tetes, oral
2)   IPV (inactivated polio vaccine), in-aktif, suntik
e.    Jadwal imunisasi polio
Polio-0 diberikan pada saat bayi lahir atau pada kunjungan pertama sebagai tambahan untuk mendapatkan cakupan imunisasi yang tinggi. Hal ini diperlukan karena indonesia rentan terhadap transmisi virus polio liar dari daerah endemik polio.
Untuk imunisasi dasar (polio-2,3,4) diberikan pada umur 2,4, dan 6 bulan interval tidak kurang dari 4 minggu.
Dosisi imunisasi polio OPV adalah 2 tetes per-oral, imunisasi ulangan diberikan satu tahun sejak imunisasi polio 4 selanjutnya saat masuk sekolah (5-6 tahun). (ranuh,dkk,2011; h.48-49)
Vaksin yang digunakan sejak lahir sebanyak 2 tetes oral ini kemudian menempatkan diri di usus dan memacu pembentukan antibody dalam epitalium usus yang menghasilkan pertahanan lokal terhadap virus polio liar yang datang masuk kemudian. Vaksin virus polio ini dapat bertahan selama 6 minggu setelah pemberian. (dewi,2011; h.141)













B.       TEORI MANAJEMEN KEBIDANAN MENURUT VARNEY
1.    Pengertian
Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan-temuan, keterampilan, dalam rangkaian tahap-tahap yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus terhadap klien.
Manajemen kebidanan diadaptasi dari sebuah konsep yang dikembangkan oleh Helen Varney dalam buku Varney’s Midwifery, edisi ketiga tahun 1997, menggambarkan proses manajemen asuhan kebidanan yang terdiri dari tujuh langkah yang berturut secara sistematis dan siklik.
(Soepardan,2008; h. 96)
Manajemen kebidanan adalah bentuk  pendekatan yang dilakukan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan dengan menggunakan  metode pemecahan masalah. Varney mengatakan bahwa seorang bidan perlu lebih kritis melakukan analisis dalam menerapkan manajemen untuk mengantisipasi diagnosis dan masalah potensial. Dengan demikian pengertian manajemen kebidanan menurut varney adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosis kebidanan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.  
(Nurhayati at all.2012;h.139)
2.    Langkah dalam manajemen kebidanan  menurut Varney
                   I.     Pengkajian (Pengumpulan data dasar)
Mengumpulkan data adalah menghimpun informasi tentang klien/ orang yang meminta asuhan. Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
Teknik  pengumpulan data ada tiga, yaitu observasi, wawancara, dan pemeriksaan. Data secara garis besar diklasifikasikan menjadi data subjektif  dan data objektif.  (Nurhayati dkk.2012;h.141)
a.    Data Subjektif
1)   Identitas Orang tua
a)   Umur
Umur pasien dikaji untuk mengetahui apakah pasien dikatakan berpengaruh / memiliki resiko jika <20 tahun karena alat-alat reproduksi belum matang dan psikis yang belum siap dan >35 tahun rentan sekali terjadi komplikasi-komplikasi dalam kehamilan dan perdarahan dalam masa nifas, jadi usia reproduktif (subur) seorang wanita yang baik dalam siklus reproduksi berkisar dari usia 20-35 tahun. (Manuaba, dkk, 2010; h. 75)



b)   Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya.
c)   Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat social ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut. (ambarwati,2009; h. 130-133)
d)  Riwayat antenatal
Umur kehamilan neonatus cukup bulan (NCB)  adalah 37 minggu sampai 42 minggu.
e)   Penyakit selama hamil
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya, misalnya penyakit rubela. (maryunani dkk, 2008; h.20)
B.  Data Objektif
a.    Keadaan umum
Yang perlu diperhatakan dalam kondisi umum ini adalah keadaan umum: kesadaran dan keaktifan. (maryunani dkk, 2008; h.74)
b.    Tonus otot
Mengkaji tonus otot merupakan bagian penting karena pemeriksaan tonus otot dapat memberikan informasi tentang kondisi kematangan bayi.
Hipotonia: kepala bayi tampak terkulai
Hipertonia: peningkatan perlawanan tampak jelas pada waktu tangan dan kaki direntangkan. (maryunani dkk, 2008; h.109)
c.    Pernafasan
Pernafasan yang normal pada bayi baru lahir adalah berkisar 30-60 x/menit, pengukuran dilakukan selama 60 detik ( 1 menit). Pengukuran dilakukan dengan menghitung 60 detik penuh untuk mendeteksi ketidakteraturan dalam kecepatan.
d.   Warna kulit
Pada bayi baru lahir kulit tampak kemerahan. Observasi warna kulit bayi dalam hubungannya dengan perubahan aktifitas dan temperatur. Penurunan temperatur meningkatkan derajat sianosis.
(maryunani dkk,2008; h. 73-75)
e.    Lama persalinan
Lama persalinan pada primigravida dan multigravida
Kala persalinan
Primigravida
Multigravida
I
10-12 jam
6-8 jam
II
1-1,5 jam
0,5-1 jam
III
10 menit
10 menit
IV
2 jam
2 jam
Jumlah (tampa memasukan kala IV yg bersifat observasi
10-12 jam
8-10 jam
(Manuaba,dkk,2010; h.175)

                II.     Diagnosa Masalah Dan Kebutuhan
Pada langkah ke-dua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar tersebut kemudian diinterpretasikan sehingga dapat dirumuskan masalah dan diagnosa yang spesifik. Baik rumusan diagnosis maupun rumusan masalah keduanya harus ditangani, meskipun masalah tidak bisa dikatakan sebagai diagnosis tetapi harus mendapatkan penanganan.
1)   Diagnosa kebidanan
Diagnose kebidanan adalah diagnose yang ditegakkan oleh bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomeklatur diagnosis kebidanan. Diagnose didapatkan dari data subjektif dan data objektif.
2)   Masalah
Masalah adalah hal- hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosis.
3)   Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal- hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum terdentifikasi dalam diagnosis dan masalah yang didapatkan dalam melakukan analisa data. (soepardan,2008; h.101)
        III.          Mengidentifikasi Diagnosa Dan Masalah Potensial
Pada langkah ke-tiga ini mengidentifikasikan masalah potensial berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan.
        IV.          Identifikasi Tindakan Segera
Mengidentifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera. Beberapa data demi menunjukan situasi emergensi dimana kita perlu bertindak demi keselamatan klien.
           V.          Perencanaan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen kebidanan terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasikan atau di antisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dilengkapi.
        VI.          Pelaksanaan
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke-5 dilaksanakan secara efesien mungkin. Perencanaan ini boleh seluruhnya dilakukan oleh bidan, namun juga boleh dilakukan secara kolaborasi. (Nurhayati dkk.2012;h. 143-144)
     VII.          Evaluasi
Dalam langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar terpenuhi sesuai dngan kebutuhan sebagimana telah diidentifikasi dalam masalah dan diagnosa. Manajemen kebidanan merupakan suatu kontinum, maka perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses manajemen untuk mengidentifikasi mengapa proses manajemen tidak efektif serta malakukan penyesuaian pada rencana asuhan berikutnya. (Wildan dkk.2008; h.34-39).





















C.  LANDASAN HUKUM KEWENANGAN BIDAN
NOMOR 1464/MENKES/PER/X/2010
TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK BIDAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
1.    Kewenangan normal:
a.    Pelayanan kesehatan ibu
b.   Pelayanan kesehatan anak
2.    Kewenangan dalam menjalankan program Pemerintah
3.    Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter
Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh bidan. Kewenangan ini meliputi:
a.    Pelayanan kesehatan ibu
Ruang lingkup:
Pelayanan ibu menyusui
4.    Kewenangan:
a.    Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini (IMD) dan promosi air susu ibu (ASI) eksklusif
b.    Penyuluhan dan konseling
5.    Pelayanan kesehatan anak
1.    Ruang lingkup:
a.     Pelayanan bayi baru lahir
b.     Pelayanan bayi
2.    Kewenangan:
a.    Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini (IMD),
     injeksi vitamin K, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan perawatan tali pusat
b.    Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk
c.    Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan
d.   Pemberian imunisasi rutin sesuai program Pemerintah
e.    Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah
f.     Pemberian konseling dan penyuluhan
g.    Pemberian surat keterangan kelahiran
h.    Pemberian surat keterangan kematian

 
BAB III
TINJAUAN  KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR
TERHADAP BY. NY. S DI BPS MARTINI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2013
                                                                                     

Nama Mahasiswa     : Ni Nyoman Novianti
NIM                         : 2010.593
Tanggal                    : 2 Juni 2013 
Pukul                        : 17: 35 WIB
Tempat                     : BPS Martini Bandar Lampung   
A.       Data Subjektif
1.    Anamnesa
a.    Bayi
Nama bayi       : Bayi Ny. S  
Tgl lahir           : 2 Juni 2013
Jam                 : 17:35 WIB
Jenis kelamin : Perempuan  
Anak ke          : 2


73
 
 

b.    Orang Tua
Nama Ibu        : Ny. S
Umur               : 26 tahun 
Suku/Bangsa   : Sunda/Indonesia
Agama            : Islam 
Pendidikan      : SMP
Pekerjaan        : IRT
Alamat            : Jl. Raja basa raya Gg.madiun

Nama Ayah     : Tn. N
Umur               : 27 tahun 
Suku/Bangsa   : Jawa/Indonesia
Agama            : Islam 
Pendidikan      : SMP
Pekerjaan        : Buruh
Alamat            : Jl. Raja basa raya Gg.madiun


c.    Riwayat antenatal
G2P1A0 Umur Kehamilan             : 40 Minggu 5 hari
Riwayat ANC : Teratur, 6 kali, di BPS Martini
Keluhan saat kehamilan : Mual muntah saat TM I
Tidak ada keluhan saat TM II
Sering kencing saat TM III
Penyakit selama kehamilan         
1)   Diabetes Mellitus        : Tidak Ada
2)   Hepatitis                      : Tidak Ada
3)   HIV/ AIDS                 : Tidak Ada
Komplikasi Ibu
1)   Pendarahan                  : Tidak ada
2)   Pre-eklamsi                  : Tidak ada
3)   Eklamsia                      : Tidak ada
4)   Penyakit kelamin         : Tidak ada
5)   Lain-lain                      : Tidak ada

d.   Riwayat intranatal
Lahir tanggal                 : 2 Juni 2013
Pukul                             : 17:35 WIB
Jenis Persalinan             : Spontan
Penolong                       : Bidan

B.   DATA OBJEKTIF
Kedaan umum             : Baik
Tonus otot                  : Baik
Pernafasan                  : Spontan, Menangis kuat
Warna kulit                : Kemerahan

1.    Data penunjang
Riwayat natal
Tempat lahir           :  BPS Martini Bandar Lampung
Ditolong oleh         :  Bidan
Usia kehamilan       : 40 minggu 5 hari
Jenis persalinan      :  Spontan
Lahir tanggal          :  2 juni 2013/ Pukul : 17: 35 WIB
Jenis kelamin                                  :  Perempuan
Cacat bawaan                                 : Tidak Ada
Plasenta                                             : Lahir Spontan
Keadaan air ketuban                         : Jernih
Waktu pecahnya air ketuban                        : Pukul 17.20 WIB
Lilitan tali pusat                                : Tidak ada
2.    Lama persalinan
Kala 1           : 6  jam 15 menit
Kala 2           : 0  jam 20 menit
Kala 3           : 0  jam 10 menit
Kala 4           : 2  jam   0 menit
Lamanya       : 8  jam 45 menit